PENGERTIAN KONSEP DIRI
Menurut Burns (dalam Pudjijogyanti,1993:2) konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri, sedangkan menurut Rini (2004:1) konsep diri diartikan keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya.
Cawagas ( dalam Pudjijogyanti,1993:2) konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian, kegagalan dan lain sebagainya.
Menurut William D Brooks (dalam Rahmat, 2003:99) konsep diri sebagai “those phsysical, social, and psycological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisik.
Pietrosefa memberikan gambaran mengenai konsep diri yang diadaptasikan oleh Mappiarre (2002:69-70) yaitu dimensi pertama citra diri, yaitu diri dilihat oleh diri sendiri ; dimensi kedua citra diri, yaitu dilihat oleh orang lain, persepsi orang lain terhadap dirinya (“beginilah saya kira orang lain memandang saya”) ; dimensi ketiga citra diri, yaitu diri mengacu pada tipe-tipe orang yang saya kehendaki tentang diri saya (ideal self).
Konsep diri menurut Hurlock (1999:58) menyangkut gambaran fisik dan psikologis. Aspek fisik berkaitan dengan tampang atau penampakan lahiriah (appearance) anak, yang menyangkut kemenarikan dan ketidakmenarikan diri dan cocok atau tidaknya jenis kelamin dan pentingnya bagian-bagian tubuh yang berbeda serta prestise yang ada pada dirinya, sedangkan konsep diri yang bersifat psikologis berdasarkan pikiran, perasaan dan emosional. Hal ini berhubungan dengan kualitas dan abilitas yang memainkan peranan penting dalam penyesuaian dalam kehidupan, seperti keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri, aspirasi dan kemampuan diri dari tipe-tipe yang berbeda.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah kesadaran akan pandangan, pendapat, penilaian dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri yang meliputi fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri sosial dan juga etik.
Senin, 21 Desember 2009
Kamis, 17 Desember 2009
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
A. Konsep Pembangunan Sebagai Usaha Perubahan Yang Terencana
Dalam GBHN, hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya serta religius.
Pembangunan yang dilaksanankan harus bertujuan dan bertolak dari manusianya, pemabangunan yang berakar dari peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, maka posisi manusia jelas sebagai objek dan subjek dalam pembangunan.
Manusia sebagai objek pembangunan sasarannya harus terarah pada pembangunan manusia itu sendiri (rohani) seperti : kemampuan penalaran, sikap diri, social pada lingkungan dan kemampuan berusaha. Fuad Hasan dalam Umar Tirtarhardja dkk., menyatakan “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dengan aktualisasi”. Manusia sebagai objek pembangunan diarahkan kepada kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan secara dinamis, kreatif dan manusiawi, usaha inilah yang disebut pembangunan.
B. Peranan Manusia Dalam Pembangunan
Setiap pembangunan yang diaktualisasikan melalui pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena manusia yang dapat di didik dan membangun. Immanuel Kant menyatakan “Bayi bisa menjadi manusia bila berada di tengah-tengah manusia”. Oleh karena itu pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusianya sebagai satu-satunya makhluk di bumi ini yang dikarunia potensi untuk menyempurnakan diri walaupun tidak akan pernah tercapai.
Dr. Emil Salim (1987) menyatakan bahwa pembangunan harus didasarkan atas prinsip moral dan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1. Pembangunan adalah ibadah kepada Allah SWT sehingga perkembangan setiap penglihatan dan perilaku harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.
2. Pembangunan memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti : pendidikan, kebebasan dan keadilan.
3. Dalam melaksanakan pembangunan manusia memiliki tanggung jawab selaku pengelola di muka bumi, sehingga perbuatannya dapat diperhitungkan.
4. Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri keselarasan hubungan antara manusia dengan masyarakat lingkungannya.
5. Pembangunan adalah pembebasan diri manusia dari berbagai hambatan perbuatan manusia seperti kemiskinan, ketidak tahuan, ketidak adilan, ketidak bebasan dan ketimpangan social agar tercapai kualitas dan martabat manusia setinggi-tingginya.
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan melalui jangkauan luas dan jauh berhasil tidaknya program pembangunan, yang amat berperan sekali adalah factor manusianya.
C. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Beberapa peranan pendidikan dalam Pembangunan Nasional berkenaan dengan perubahan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup.
1. Peranan pendidikan dalam pembangunan pada umumnya
Peranan pendidikan terhadap pembangunan dari berbagai segi, seperti :
a. Segi sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang diarahkan kepada peserta didik upaya menjadi manusia yang memiliki kepribadian kuat dan utuh seperti memilki moral yang tinggi artinya tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang menjadi sumber daya pembangunan secara manusiawi.
b. Lingkungan Pendidikan
Dalam lingkungan keluarga anak sebagai calon manusia pembangunan harus ditempa dengan baik tentang keterampilan, etika dan moral serta nilai-nilai agama. Hal ini merupakan landasan yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
c. Lingkungan Sekolah
Dalam pendidikan formal (sekolah) peserta didik dibekali beberapa keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk kemampuan kerja, bekal ini merupakan sarana penunjang pembangunan dalam berbagai bidang.
d. Lingkungan Masyrakat
Di lingkungan masyarakat peserta didik memperoleh bekal praktis dalam berbagai jenis pekerjaan, khususnya bagi yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini bertalian erat dengan perkembangan sector swasta dalam masyarakat sehingga mampu menunjang pembangunan.
e. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi memberikan bekal bagi peserta didik secara terus menerus sekaligus merupakan basis pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan system pendidikan nasional merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, social budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu pembangunan tidak terbatas pada pembangunan ekonomi dan industri semata tetapi meliputi upaya-upaya yang beragam sesuai dengan keanekaragaman masalah dan rintangan kebutuhan suatu masyarakat.
2. Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia
Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia diantaranya :
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Membangun manusia sebagai pelaksanan transformasi.
c. Membina manusia menjadi tenaga produktif.
d. Membentuk kepribadian yang berorientasi kepada prestasi.
e. Memperhitungkan dimensi sumber daya manusia dan pengembangan lapangan kerja.
f. Merubah pola pikir masyarakat yang masih pada taraf rendah.
3. Peranan pendidikan dalam pemeliharaan lingkungan hidup
Secara umum yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan yang mempengaruhi kehidupan makhluk, termasuk manusia. Untuk itu lingkungan hidup perlu ditata dan dimanfaatkan dengan penuh perhitungan agar dapat membawa makna bagi manusia sebagai pengelola sekaligus yang menikmati hasil lingkungan hidup itu sendiri.
Peranan pendidikan dalam pembangunan lingkungan hidup, sbb:
a. Memberi arahan pada manusia bahwa memelihara, mengelola dan melestarikan lingkungan hidup adalah suatu keharusan.
b. Memberikan bimbingan bahwa pengendalian alam harus bersifat rasional dan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia.
c. Supaya pembangunan yang dilaksanakan dapat menjaga keseimbangan dan pembinaan ekosistem.
d. Untuk mengolah sumber daya alam manusia dapat memberikan manfaat bagi manusia.
e. Untuk menyelaraskan antara kebutuhan manusia dengan daya dukung alam yang ada.
f. Membudayakan pola hidup yang serasi dengan ekosistemnya.
D. Peranan Pendidikan Masa Mendatang
Peranan pendidikan adalah penggerak dari proses modernisasi dalam pembangunan nasional.
Skenario masyarakat Indonesia masa depan dalam rangka tujuan pembangunan nasional jangka panjang tahap kedua ialah mulai masuknya masyarakat Indonesia ke masyarakat industri.
Untuk menghadapi dasawarsa mendatang kita sudah mantap dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memasuki dunia industri.
Dilihat dari segi pendidikan sebagia bagian dari proses modernisasi fungsi pokok pendidikan mencakup dua tugas sekaligus, yaitu:
1. Pendidikan Sebagai Bagian dari Proses Perubahan
Ada dua gelombang utama yang melanda kehidupan umat manusia dalam dasawarsa mendatang, yaitu teknologi dan komunikasi. Kedua gelombang ini merupakan gelombang mundial yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap manusia dan masyarakat.
Pendidikan harus dengan cermat mengetahui karakteristik dari gelombang tersebut agar dapat dipersiapkan upaya penanggulangan kekuatan-kekuatan yang mengikutinya atau memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan positif.
Kemajuan teknologi komunikasi misalnya akan mengubah fungsi guru, begitu pula konsep mengenai pusat-pusat belajar. Keluarga sebagai salah satu pusat belajar akan mengubah secara mendasar fungsi keluarga dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Namun, segi negatifnya antara lain ialah bahwa kemajuan teknologi akan membuka horizon sumber-sumber belajar hampir tidak terbatas sehingga dapat menggoyahkan pembentukan kepribadian seorang anak menjelang dewasa apabila sendi-sendi budaya tidak cukup berakar dalam pembinaan peserta didik itu.
Di sinilah letaknya arti pendidikan kebudayaan suatu bangsa dalam menyongsong abad kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi.
2. Pendidikan Sebagai ”watchdog” terhadap Proses Modernisasi
Menghadapi abad komunikasi yang mengubah sendi-sendi kehidupan bukan berarti pendidikan akan kehilangan peranannya.
Memang benar bahwa konsep-konsep pendidikan sekarang bakal tidak sesuai dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial budaya yang akan terjadi. Juga bukan pula berarti bahwa pendidikan bakal merupakan variabel yang bebas sama sekali dalam menghadapi perubahan itu.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan bentuk hubungan yang paling esensial dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu fungsi pendidikan akan tetap langgeng dalam bentuk kehidupan sosial yang berubah. Dan sebagai bentuk lembaga sosial yang paling arkais, peranan budaya sangat dominan. Jadi, tidak mengherankan apabila pendidikan merupakan salah satu lembaga sosial yang paling konservatif dan statis.
E. Permasalahan dalam Pendidikan Nasional
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan Pendirian Negara Republik Indonesia antara lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan itu pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa salah satu fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Walaupun pembangunan pendidikan nasional yang dilaksanakan selama ini telah mencapai berbagai keberhasilan, namun masih menghadapi masalah dan tantangan yang cukup komplek.
Kurang optimalnya pelaksanaan system pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dengan kurikulum Negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini begitu dihargai.
System pendidikan yang sering berganti-ganti bukanlah masalah utama yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pelajar dan pengajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan Depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi, kecil harapan pendidikan bisa lebih maju / baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yang berkualitas mesti bermodal / berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Permasalahan pendidikan yang dimaksud telah diidentifikasi dan dirumuskan, yaitu meliputi :
• Masih rendahnya pemerataan dan akses pendidikan
• Masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta
• Masih lemahnya tatakelola, akuntabilitas, dan citra public pengelolaan pendidikan.
• Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan.
• Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung.
• Belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah di Indonesia.
• Belum sesuainya pendidikan dengan karakter daerah-daerah dan karakter Indonesia.
F. Beberapa solusi yang harus dilakukan dalam rangka Pembangunan Nasional di Indonesia :
Untuk mengatasi permasalahan yang masih dihadapi tersebut, Pemerintah telah merumuskan kebijakan umum pembangunan pendidikan nasional yaitu:
• Peningkatan pemerataan dan perluasan akses pendidikan.
• Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan.
• Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pengelolaan pendidikan.
• Menyiapkan guru-guru yang berkompetensi.
• Pemerintah harus dapat mengoptimalkan kinerja guru-guru berkompetensi untuk di tempatkan di daerah-daerah.
• Pemerintah harus lebih serius menyalurkan anggaran pendidikan ke sekolah-sekolah di daerah yang membutuhkan bantuan dana pendidikan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, agar sekolah di daerah tersebut tidak lagi mengalami ketertinggalan.
• Membuat kurikulum pendidikan yang sesuai dengan karakter daerah-daerah di Indonesia, agar putra putri daerah tersebut dapat memanfaatkan SDA setempat dan memajukan daearahnya tersebut.
A. Konsep Pembangunan Sebagai Usaha Perubahan Yang Terencana
Dalam GBHN, hakikat Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan global. Dalam pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya serta religius.
Pembangunan yang dilaksanankan harus bertujuan dan bertolak dari manusianya, pemabangunan yang berakar dari peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia, maka posisi manusia jelas sebagai objek dan subjek dalam pembangunan.
Manusia sebagai objek pembangunan sasarannya harus terarah pada pembangunan manusia itu sendiri (rohani) seperti : kemampuan penalaran, sikap diri, social pada lingkungan dan kemampuan berusaha. Fuad Hasan dalam Umar Tirtarhardja dkk., menyatakan “Manusia adalah makhluk yang terentang antara potensi dengan aktualisasi”. Manusia sebagai objek pembangunan diarahkan kepada kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan secara dinamis, kreatif dan manusiawi, usaha inilah yang disebut pembangunan.
B. Peranan Manusia Dalam Pembangunan
Setiap pembangunan yang diaktualisasikan melalui pendidikan selalu berurusan dengan manusia, karena manusia yang dapat di didik dan membangun. Immanuel Kant menyatakan “Bayi bisa menjadi manusia bila berada di tengah-tengah manusia”. Oleh karena itu pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusianya sebagai satu-satunya makhluk di bumi ini yang dikarunia potensi untuk menyempurnakan diri walaupun tidak akan pernah tercapai.
Dr. Emil Salim (1987) menyatakan bahwa pembangunan harus didasarkan atas prinsip moral dan memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1. Pembangunan adalah ibadah kepada Allah SWT sehingga perkembangan setiap penglihatan dan perilaku harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.
2. Pembangunan memuat kegiatan mengejar kemajuan lahiriah seperti : pendidikan, kebebasan dan keadilan.
3. Dalam melaksanakan pembangunan manusia memiliki tanggung jawab selaku pengelola di muka bumi, sehingga perbuatannya dapat diperhitungkan.
4. Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri keselarasan hubungan antara manusia dengan masyarakat lingkungannya.
5. Pembangunan adalah pembebasan diri manusia dari berbagai hambatan perbuatan manusia seperti kemiskinan, ketidak tahuan, ketidak adilan, ketidak bebasan dan ketimpangan social agar tercapai kualitas dan martabat manusia setinggi-tingginya.
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan melalui jangkauan luas dan jauh berhasil tidaknya program pembangunan, yang amat berperan sekali adalah factor manusianya.
C. Peranan Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional
Beberapa peranan pendidikan dalam Pembangunan Nasional berkenaan dengan perubahan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup.
1. Peranan pendidikan dalam pembangunan pada umumnya
Peranan pendidikan terhadap pembangunan dari berbagai segi, seperti :
a. Segi sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang diarahkan kepada peserta didik upaya menjadi manusia yang memiliki kepribadian kuat dan utuh seperti memilki moral yang tinggi artinya tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang menjadi sumber daya pembangunan secara manusiawi.
b. Lingkungan Pendidikan
Dalam lingkungan keluarga anak sebagai calon manusia pembangunan harus ditempa dengan baik tentang keterampilan, etika dan moral serta nilai-nilai agama. Hal ini merupakan landasan yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
c. Lingkungan Sekolah
Dalam pendidikan formal (sekolah) peserta didik dibekali beberapa keterampilan dan pengetahuan sebagai bekal untuk kemampuan kerja, bekal ini merupakan sarana penunjang pembangunan dalam berbagai bidang.
d. Lingkungan Masyrakat
Di lingkungan masyarakat peserta didik memperoleh bekal praktis dalam berbagai jenis pekerjaan, khususnya bagi yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hal ini bertalian erat dengan perkembangan sector swasta dalam masyarakat sehingga mampu menunjang pembangunan.
e. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi memberikan bekal bagi peserta didik secara terus menerus sekaligus merupakan basis pendidikan yang berkualitas.
Pengembangan system pendidikan nasional merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan wawasan nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, social budaya, ekonomi serta pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu pembangunan tidak terbatas pada pembangunan ekonomi dan industri semata tetapi meliputi upaya-upaya yang beragam sesuai dengan keanekaragaman masalah dan rintangan kebutuhan suatu masyarakat.
2. Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia
Peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia diantaranya :
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Membangun manusia sebagai pelaksanan transformasi.
c. Membina manusia menjadi tenaga produktif.
d. Membentuk kepribadian yang berorientasi kepada prestasi.
e. Memperhitungkan dimensi sumber daya manusia dan pengembangan lapangan kerja.
f. Merubah pola pikir masyarakat yang masih pada taraf rendah.
3. Peranan pendidikan dalam pemeliharaan lingkungan hidup
Secara umum yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan yang mempengaruhi kehidupan makhluk, termasuk manusia. Untuk itu lingkungan hidup perlu ditata dan dimanfaatkan dengan penuh perhitungan agar dapat membawa makna bagi manusia sebagai pengelola sekaligus yang menikmati hasil lingkungan hidup itu sendiri.
Peranan pendidikan dalam pembangunan lingkungan hidup, sbb:
a. Memberi arahan pada manusia bahwa memelihara, mengelola dan melestarikan lingkungan hidup adalah suatu keharusan.
b. Memberikan bimbingan bahwa pengendalian alam harus bersifat rasional dan tidak merusak tata lingkungan hidup manusia.
c. Supaya pembangunan yang dilaksanakan dapat menjaga keseimbangan dan pembinaan ekosistem.
d. Untuk mengolah sumber daya alam manusia dapat memberikan manfaat bagi manusia.
e. Untuk menyelaraskan antara kebutuhan manusia dengan daya dukung alam yang ada.
f. Membudayakan pola hidup yang serasi dengan ekosistemnya.
D. Peranan Pendidikan Masa Mendatang
Peranan pendidikan adalah penggerak dari proses modernisasi dalam pembangunan nasional.
Skenario masyarakat Indonesia masa depan dalam rangka tujuan pembangunan nasional jangka panjang tahap kedua ialah mulai masuknya masyarakat Indonesia ke masyarakat industri.
Untuk menghadapi dasawarsa mendatang kita sudah mantap dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memasuki dunia industri.
Dilihat dari segi pendidikan sebagia bagian dari proses modernisasi fungsi pokok pendidikan mencakup dua tugas sekaligus, yaitu:
1. Pendidikan Sebagai Bagian dari Proses Perubahan
Ada dua gelombang utama yang melanda kehidupan umat manusia dalam dasawarsa mendatang, yaitu teknologi dan komunikasi. Kedua gelombang ini merupakan gelombang mundial yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap manusia dan masyarakat.
Pendidikan harus dengan cermat mengetahui karakteristik dari gelombang tersebut agar dapat dipersiapkan upaya penanggulangan kekuatan-kekuatan yang mengikutinya atau memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan positif.
Kemajuan teknologi komunikasi misalnya akan mengubah fungsi guru, begitu pula konsep mengenai pusat-pusat belajar. Keluarga sebagai salah satu pusat belajar akan mengubah secara mendasar fungsi keluarga dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Namun, segi negatifnya antara lain ialah bahwa kemajuan teknologi akan membuka horizon sumber-sumber belajar hampir tidak terbatas sehingga dapat menggoyahkan pembentukan kepribadian seorang anak menjelang dewasa apabila sendi-sendi budaya tidak cukup berakar dalam pembinaan peserta didik itu.
Di sinilah letaknya arti pendidikan kebudayaan suatu bangsa dalam menyongsong abad kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi.
2. Pendidikan Sebagai ”watchdog” terhadap Proses Modernisasi
Menghadapi abad komunikasi yang mengubah sendi-sendi kehidupan bukan berarti pendidikan akan kehilangan peranannya.
Memang benar bahwa konsep-konsep pendidikan sekarang bakal tidak sesuai dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial budaya yang akan terjadi. Juga bukan pula berarti bahwa pendidikan bakal merupakan variabel yang bebas sama sekali dalam menghadapi perubahan itu.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan bentuk hubungan yang paling esensial dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu fungsi pendidikan akan tetap langgeng dalam bentuk kehidupan sosial yang berubah. Dan sebagai bentuk lembaga sosial yang paling arkais, peranan budaya sangat dominan. Jadi, tidak mengherankan apabila pendidikan merupakan salah satu lembaga sosial yang paling konservatif dan statis.
E. Permasalahan dalam Pendidikan Nasional
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan Pendirian Negara Republik Indonesia antara lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan itu pasal 3 UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa salah satu fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Walaupun pembangunan pendidikan nasional yang dilaksanakan selama ini telah mencapai berbagai keberhasilan, namun masih menghadapi masalah dan tantangan yang cukup komplek.
Kurang optimalnya pelaksanaan system pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dengan kurikulum Negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini begitu dihargai.
System pendidikan yang sering berganti-ganti bukanlah masalah utama yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal. Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pelajar dan pengajar. Hal ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah.
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan Depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi tindak lanjut yang membuahkan hasil dari kegiatan semacam penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.
Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi, kecil harapan pendidikan bisa lebih maju / baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju. Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yang berkualitas mesti bermodal / berbiaya besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Permasalahan pendidikan yang dimaksud telah diidentifikasi dan dirumuskan, yaitu meliputi :
• Masih rendahnya pemerataan dan akses pendidikan
• Masih rendahnya mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, serta
• Masih lemahnya tatakelola, akuntabilitas, dan citra public pengelolaan pendidikan.
• Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD yaitu 20% APBN untuk pendidikan.
• Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak mendukung.
• Belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah di Indonesia.
• Belum sesuainya pendidikan dengan karakter daerah-daerah dan karakter Indonesia.
F. Beberapa solusi yang harus dilakukan dalam rangka Pembangunan Nasional di Indonesia :
Untuk mengatasi permasalahan yang masih dihadapi tersebut, Pemerintah telah merumuskan kebijakan umum pembangunan pendidikan nasional yaitu:
• Peningkatan pemerataan dan perluasan akses pendidikan.
• Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan.
• Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pengelolaan pendidikan.
• Menyiapkan guru-guru yang berkompetensi.
• Pemerintah harus dapat mengoptimalkan kinerja guru-guru berkompetensi untuk di tempatkan di daerah-daerah.
• Pemerintah harus lebih serius menyalurkan anggaran pendidikan ke sekolah-sekolah di daerah yang membutuhkan bantuan dana pendidikan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan, agar sekolah di daerah tersebut tidak lagi mengalami ketertinggalan.
• Membuat kurikulum pendidikan yang sesuai dengan karakter daerah-daerah di Indonesia, agar putra putri daerah tersebut dapat memanfaatkan SDA setempat dan memajukan daearahnya tersebut.
BELAJAR BERMAKNA
A. Pengertian Teori Belajar Bermakna
Teori yang disampaikan oleh David Ausebel (1969). Beliau berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kongitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru match dengan konsep yang ada dalam struktur kognisi siswa.
Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausebel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama meraka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausebel sebagai berikut :
1. Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengatahui sebelumnya apa yang akan disampaikan guru.
2. Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.
3. Integrative Reconciliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4. Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.
Dalam aplikasinya menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif mahasiswa Menentukan tujuan-tujuan instruksional. Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikasi
siswa dari materi tsb. Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang
apa yang harus dipelajari Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
Mengajar siswa untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan member fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada. Mengevaluasi proses dan hasil belajar, contohnya pada pelajaran kimia, materi pelajaran kimia bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah namun merupakan pengetahuan yang saling berkait antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya. untuk dapat menguasai materi kimia, seorang anak harus menguasai beberapa kemampuan dasar lebih dahulu.
Setelah itu, peserta didik harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya, sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Karenanya, Ausubel menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Orton (1987:34): “If I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.
B. . Teori belajar bermakna Ausabel dan penerapannya
Teori belajar Ausubel terkait dengan beberapa macam belajar. Terdapat empat macam belajar menurut Ausubel dengan dua dimensi yang terpisah. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi (materi pelajaran) itu disajikan pada siswa yaitu belajar penerimaan (reception learning) dan belajar penemuan (discovery learning). Dimensi kedua ialah menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, dalam kaitannya dengan ini terdapat belajar hafalan (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada pelajar baik dengan bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh informasi itu. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Siswa juga dapat mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinuum seperti diperlihatkan pada gambar berikut:
Dimensi Belajar menurut Ausubel
Sepanjang kontinuum mendatar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajar penerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinuum vertikal terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna.
Banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan sebab belajar bermakna hanya terjadi bila si pelajar menemukan sendiri pengetahuan. Namun berdasarkan gambar di atas belajar penerimaanpun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sementara belajar penemuan rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah hanya dengan coba-coba, seperti menebak suatu teka-teki. Belajar penemuan yang sangat bermakna hanyalah penelitian yang bersifat ilmiah.
Belajar bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Informasi disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
Bila diinginkan belajar bermakna seperti yang dikemukakan Ausubel, dan bila belajar bermakna memerlukan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif yang disebut subsumer, pertanyaannya adalah :” dari mana datangnya subsumer?”
Pada anak-anak pembentukan konsep merupakan proses utama untuk memperoleh konsep-konsep. Pembentukan konsep adalah semacam belajar penemuan yang menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian hipotesis, maupun pembentukan generalisasi dari hal-hal yang khusus. Misalnya dengan berkali-kali dihadapkan pada benda yang disebut kursi, maka lambat laun anak akan menemukan kriteria bagi konsep kursi. Waktu usia masuk sekolah tiba, kebanyakan anak telah mempunyai kerangka konsep yang mengizinkan terjadinya belajar bermakna.
Belajar hafalan
Belajar hafalan terjadi jika dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer yang relevan. Dalam belajar hafalan informasi baru tidak dapat diasimilasikan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.
Dengan demikian sama sekali tidak terjadi interaksi antara informasi baru dengan informasi yang telah disimpan dalam struktur kognitif.
Beberapa Kebaikan Dari Belajar Bermakna
Menurut Ausubel belajar bermakna memiliki beberapa kebaikan sebagai berikut:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih tahan lama.
2. Informasi yang tersubsumpsi memudahkan proses belajar berikutnya tentang materi yang mirip.
3. Bila unsur yang tersubsumpsi tidak dapat lagi dipanggil dari memori, jadi sudah dilupakan, menurut Ausubel terjadi subsumpsi obliteratif (subsumpsi yang telah rusak).
Menerapkan Teori Ausubel dalam Pembelajaran
1) Diferensiasi Progressif
Menurut Ausubel dalam satu seri pelajaran siswa hendaknya diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau inklusif, kemudian berangsur-angsur menjadi konsep-konsep yang lebih khusus, dengan kata lain dari umum ke khusus. Proses penyusunan semacam ini disebut diferensiasi progresif.
Suatu contoh hierarki konseptual yang berdasarkan Diferensiasi Progressif seperti digambarkan pada gambar berikut
Kegiatan 1: Berikan satu contoh penerapan differensiasi progressif dalam pembelajaran konsep-konsep Kimia.
2) Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan.
Sebagai contoh hubungan rekonsiliasi integratif dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan 2: Berikan satu contoh penerapan rekkonsiliasi integratif dalam pembelajaran konsep-konsep Kimia.
3) Peta Konsep
Peta konsep memperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Untuk menyusun suatu peta konsep dibutuhkan konsep-konsep atau kejadian-kejadian dan kata penghubung.
Peta konsep memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi.
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu disiplin.
3. Berkaitan dengan bobot, tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada yang lain. Jadi konsep yang paling inklusif terdapat di puncak, lalu menurun hingga konsep yang paling khusus atau contoh-contoh.
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Ini berarti bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.
Untuk menyusun suatu peta konsep ada beberapa langkah yang harus diikuti:
1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran.
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan.
3. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susunlah konsep-konsep itu di kertas.
5. Hubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata penghubung.
Teori yang disampaikan oleh David Ausebel (1969). Beliau berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kongitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Bermakna yaitu materi pelajaran yang baru match dengan konsep yang ada dalam struktur kognisi siswa.
Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausebel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama meraka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun siswa pada pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausebel sebagai berikut :
1. Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengatahui sebelumnya apa yang akan disampaikan guru.
2. Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.
3. Integrative Reconciliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4. Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.
Dalam aplikasinya menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif mahasiswa Menentukan tujuan-tujuan instruksional. Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci. Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikasi
siswa dari materi tsb. Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang
apa yang harus dipelajari Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
Mengajar siswa untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan member fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada. Mengevaluasi proses dan hasil belajar, contohnya pada pelajaran kimia, materi pelajaran kimia bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah namun merupakan pengetahuan yang saling berkait antara pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya. untuk dapat menguasai materi kimia, seorang anak harus menguasai beberapa kemampuan dasar lebih dahulu.
Setelah itu, peserta didik harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya, sehingga proses pembelajarannya menjadi bermakna. Karenanya, Ausubel menyatakan hal berikut sebagaimana dikutip Orton (1987:34): “If I had to reduce all of educational psychology to just one principle, I would say this: The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly.” Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.
B. . Teori belajar bermakna Ausabel dan penerapannya
Teori belajar Ausubel terkait dengan beberapa macam belajar. Terdapat empat macam belajar menurut Ausubel dengan dua dimensi yang terpisah. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi (materi pelajaran) itu disajikan pada siswa yaitu belajar penerimaan (reception learning) dan belajar penemuan (discovery learning). Dimensi kedua ialah menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada, dalam kaitannya dengan ini terdapat belajar hafalan (rote learning) dan belajar bermakna (meaningful learning).
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada pelajar baik dengan bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh informasi itu. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Siswa juga dapat mencoba-coba menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Kedua dimensi tidak menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinuum seperti diperlihatkan pada gambar berikut:
Dimensi Belajar menurut Ausubel
Sepanjang kontinuum mendatar terdapat dari kiri ke kanan berkurangnya belajar penerimaan dan bertambahnya belajar penemuan, sedangkan sepanjang kontinuum vertikal terdapat dari bawah ke atas berkurangnya belajar hafalan dan bertambahnya belajar bermakna.
Banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan sebab belajar bermakna hanya terjadi bila si pelajar menemukan sendiri pengetahuan. Namun berdasarkan gambar di atas belajar penerimaanpun dapat dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sementara belajar penemuan rendah kebermaknaannya dan merupakan belajar hafalan bila memecahkan suatu masalah hanya dengan coba-coba, seperti menebak suatu teka-teki. Belajar penemuan yang sangat bermakna hanyalah penelitian yang bersifat ilmiah.
Belajar bermakna
Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Informasi disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak. Dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada subsumer-subsumer relevan yang telah ada dalam struktur kognitif.
Bila diinginkan belajar bermakna seperti yang dikemukakan Ausubel, dan bila belajar bermakna memerlukan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif yang disebut subsumer, pertanyaannya adalah :” dari mana datangnya subsumer?”
Pada anak-anak pembentukan konsep merupakan proses utama untuk memperoleh konsep-konsep. Pembentukan konsep adalah semacam belajar penemuan yang menyangkut baik pembentukan hipotesis dan pengujian hipotesis, maupun pembentukan generalisasi dari hal-hal yang khusus. Misalnya dengan berkali-kali dihadapkan pada benda yang disebut kursi, maka lambat laun anak akan menemukan kriteria bagi konsep kursi. Waktu usia masuk sekolah tiba, kebanyakan anak telah mempunyai kerangka konsep yang mengizinkan terjadinya belajar bermakna.
Belajar hafalan
Belajar hafalan terjadi jika dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer yang relevan. Dalam belajar hafalan informasi baru tidak dapat diasimilasikan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.
Dengan demikian sama sekali tidak terjadi interaksi antara informasi baru dengan informasi yang telah disimpan dalam struktur kognitif.
Beberapa Kebaikan Dari Belajar Bermakna
Menurut Ausubel belajar bermakna memiliki beberapa kebaikan sebagai berikut:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih tahan lama.
2. Informasi yang tersubsumpsi memudahkan proses belajar berikutnya tentang materi yang mirip.
3. Bila unsur yang tersubsumpsi tidak dapat lagi dipanggil dari memori, jadi sudah dilupakan, menurut Ausubel terjadi subsumpsi obliteratif (subsumpsi yang telah rusak).
Menerapkan Teori Ausubel dalam Pembelajaran
1) Diferensiasi Progressif
Menurut Ausubel dalam satu seri pelajaran siswa hendaknya diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau inklusif, kemudian berangsur-angsur menjadi konsep-konsep yang lebih khusus, dengan kata lain dari umum ke khusus. Proses penyusunan semacam ini disebut diferensiasi progresif.
Suatu contoh hierarki konseptual yang berdasarkan Diferensiasi Progressif seperti digambarkan pada gambar berikut
Kegiatan 1: Berikan satu contoh penerapan differensiasi progressif dalam pembelajaran konsep-konsep Kimia.
2) Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan.
Sebagai contoh hubungan rekonsiliasi integratif dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan 2: Berikan satu contoh penerapan rekkonsiliasi integratif dalam pembelajaran konsep-konsep Kimia.
3) Peta Konsep
Peta konsep memperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling dikaitkan. Untuk menyusun suatu peta konsep dibutuhkan konsep-konsep atau kejadian-kejadian dan kata penghubung.
Peta konsep memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pemetaan konsep ialah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan susunan atau organisasi suatu bidang studi.
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu disiplin.
3. Berkaitan dengan bobot, tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada yang lain. Jadi konsep yang paling inklusif terdapat di puncak, lalu menurun hingga konsep yang paling khusus atau contoh-contoh.
4. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Karena belajar bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Ini berarti bahwa konsep yang lebih inklusif ada di puncak peta. Makin ke bawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.
Untuk menyusun suatu peta konsep ada beberapa langkah yang harus diikuti:
1. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran.
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan.
3. Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke paling tidak inklusif atau contoh-contoh.
4. Susunlah konsep-konsep itu di kertas.
5. Hubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata penghubung.
BAKAT KHUSUS
BAKAT KHUSUS
A. Pengertian Bakat Khusus
Istilah bakat adalah suatu karakteristik unik individu yang membuatnya mampu melakukan aktivitas dan tugas secara mudah dan sukses. Dari keterangan ini dapat dicontohkan bahwa burung punya bakat terbang, ikan untuk berenang, dan harimau berlari kencang dan berburu.
Bakat ditentukan oleh banyak hal, heriditer (faktor genetik) selalu memegang peranan walaupun bukan satu-satunya yang terpenting, training (latihan)
Sejumlah ahli mengemukakan pengertian bakat sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing :
a. S.C. Utami Munadar (1985)
Bakat pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Berbeda dengan bakat “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukan tindakan dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Orang berbakat matimatika diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang matimatika. Jadi “prestasi”merupakan perwujudan bakat dan kemampuan. Presatasi yang menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut,begitu juga sebaliknya.
b. Kartini Kartono (1979)
Bakat adalah mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupan nya, yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian,kecakapan,dan keterampilan khusus tertentu.Bakat bersifat laten potensial (dalam arti dapat mekar berkembang) sepanjang hidup manusia dan dapat diaktifkan potensinya. Potensi-potensi yang terpendam dan masih tetap itu dapat dibuat aktif.
c. Suganda Pubakawatja
Bakat sebagai “Benih dari suatu sifat, yang baru akan nampak nyata, jika mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembangan”.
d. Dyke Bingham (dalam Ny. Moesono;1989)
Bakat adalah suatu kondisi atau seranagkaian karakteristik dari kemampuan seseorang untuk memcapai sesuatu dengan sedikit latihan (khusus) mangenai pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian, respon misalnya kemampuan berbahasa, mengarang lagu, dll.
e. Sarlito Wirawan Sarwono (1979)
Bakat adalah kondisi dalam diri seseoarang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, penetahuan dan keterampilan khusus.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bakat meruakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
2. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturuan dan factor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri khusus..
3. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.
4. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi, termasuk intelegensi, kepribadian, interes, dan keterampilan khusus. “Bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang.
B. Jenis-jenis Bakat Khusus
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Potensi yang dimiliki individu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus. Intelegensi termasuk kemampuan umum, sedangkan kemampuan khusus mengacu kepada bakat yang dimiliki individu yang biasanya disebut dengan bakat khusus. Bakat khusus adalah seperangkat nilai yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan atau respon, seperti kemampuan berbahasa, musik, berhitung, mekanik, olahraga, dan sebagainya.
Raven (dalam Pali, 1995) mengelompokkan bakat khusus seseorang sebagai berikut : bakat pemahaman verbal, kemampuan numerical, skolastik, bakat kerani (kesekretariatan), pemahaman mekanik, tilikan (pandangan) ruang atau berpikir 3 dimensi, dan bakat bahasa.
Selanjutnya ditinjau dari cara berfungsinya, Ny. Moesono (1979) mengemukakan bahwa bakat dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Bakat kemahiran atau kemampuan mengenai bidang pekerjaan yang khusus seperti bakat musik, bakat menari, olahraga (sepakbola, senam), dan sebagainya.
b. Bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan tertentu, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan untuk merealisir bakat insinyur, bakat berhitung untuk merealisir bakat sebagai ahli statistik atau akuntansi, bakat verbal untuk merealisisr baakt sebagai wartawan atau penulis novel, bakat bahasa untuk merealisir bakat orator dan penceramah.
Bakat bukanlah sifat tunggal, melainkan sekelompok sifat-sifat yang secara bertingkat membentuk bakat.
C. Hubungan Antara Bakat Khusus dengan Kreativitas
Dari hasil-hasil penelitian Keberbakatan dan Anak Berbakat, Renzulli dkk. (1981) menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tanggung jawab terhadap tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang berbakat karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses pengembangan bakat. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan bakat tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Bakat yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi bakat seseorang, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Hal ini tergantung pada proses perkembangan bakat yang harusnya disertai dengan proses perkembangan kreativitas.
D. Hubungan Bakat Khusus dengan Prestasi Akademik
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi : kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan.
Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemampuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu terwujud. Contoh, ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi yang unggul.
E. Usaha-usaha Guru untuk Mengembangkan Bakat Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah, orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik.
Bakat bersifat potensial yang memerlukan pengembangan. Untuk pengembangan bakat ada sejumlah hal yang harus dilakukan oleh para guru, antara lain adalah :
a. Perkaya anak dengan macam-macam pengalaman, dan membangun motivasi belajar. Dengan cara ini anak akan dapat menemukan dimana dia berbakat.
b. Dorong atau rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuannya, setelah anak mengarang, anjurkan dia untuk mengambarkannya.
c. Bersimpati atau bersama-sama melakukan kegiatan dengan anak.
d. Berilah penghargaan atau pujian atas usaha yang dilakukannya sekecil apapun usaha tersebut.
e. Sediakanlah sarana yang memadai untuk pengembangan bakat anak.
Beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu pengembangan bakat anak adalah :
a. Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
b. Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
c. Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
d. Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
e. Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti hobi menggambar, melukis, atau menggunakan angka-angka. Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
f. Bawa anak ke tempat-tempat dimana mereka bisa mempelajari hal baru, seperti pentas musik, museum atau galeri seni.
g. Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Namun, ada hal-hal yang Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini, yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
A. Pengertian Bakat Khusus
Istilah bakat adalah suatu karakteristik unik individu yang membuatnya mampu melakukan aktivitas dan tugas secara mudah dan sukses. Dari keterangan ini dapat dicontohkan bahwa burung punya bakat terbang, ikan untuk berenang, dan harimau berlari kencang dan berburu.
Bakat ditentukan oleh banyak hal, heriditer (faktor genetik) selalu memegang peranan walaupun bukan satu-satunya yang terpenting, training (latihan)
Sejumlah ahli mengemukakan pengertian bakat sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing :
a. S.C. Utami Munadar (1985)
Bakat pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Berbeda dengan bakat “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Kemampuan menunjukan tindakan dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Orang berbakat matimatika diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang matimatika. Jadi “prestasi”merupakan perwujudan bakat dan kemampuan. Presatasi yang menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut,begitu juga sebaliknya.
b. Kartini Kartono (1979)
Bakat adalah mencakup segala faktor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupan nya, yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian,kecakapan,dan keterampilan khusus tertentu.Bakat bersifat laten potensial (dalam arti dapat mekar berkembang) sepanjang hidup manusia dan dapat diaktifkan potensinya. Potensi-potensi yang terpendam dan masih tetap itu dapat dibuat aktif.
c. Suganda Pubakawatja
Bakat sebagai “Benih dari suatu sifat, yang baru akan nampak nyata, jika mendapat kesempatan atau kemungkinan untuk berkembangan”.
d. Dyke Bingham (dalam Ny. Moesono;1989)
Bakat adalah suatu kondisi atau seranagkaian karakteristik dari kemampuan seseorang untuk memcapai sesuatu dengan sedikit latihan (khusus) mangenai pengetahuan, keterampilan, atau serangkaian, respon misalnya kemampuan berbahasa, mengarang lagu, dll.
e. Sarlito Wirawan Sarwono (1979)
Bakat adalah kondisi dalam diri seseoarang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, penetahuan dan keterampilan khusus.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bakat meruakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
2. Bakat tidaklah diturunkan semata, tetapi merupakan interaksi dari faktor keturuan dan factor lingkungan, artinya dibawa sejak lahir berupa potensi dan berkembang melalui proses belajar,dan memiliki ciri khusus..
3. Orang yang berbakat dalam bidang tertentu diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi sebagai perwujudan bakat dan kemampuan.
4. Bakat mencakup ciri-ciri lain yang dapat memberi kondisi atau suasana memungkinkan bakat tersebut terealisasi, termasuk intelegensi, kepribadian, interes, dan keterampilan khusus. “Bakat adalah suatu kapasitas untuk belajar sesuatu” arti kapasitas adalah potensi kemampuan untuk berkembang.
B. Jenis-jenis Bakat Khusus
Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Potensi yang dimiliki individu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus. Intelegensi termasuk kemampuan umum, sedangkan kemampuan khusus mengacu kepada bakat yang dimiliki individu yang biasanya disebut dengan bakat khusus. Bakat khusus adalah seperangkat nilai yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan atau respon, seperti kemampuan berbahasa, musik, berhitung, mekanik, olahraga, dan sebagainya.
Raven (dalam Pali, 1995) mengelompokkan bakat khusus seseorang sebagai berikut : bakat pemahaman verbal, kemampuan numerical, skolastik, bakat kerani (kesekretariatan), pemahaman mekanik, tilikan (pandangan) ruang atau berpikir 3 dimensi, dan bakat bahasa.
Selanjutnya ditinjau dari cara berfungsinya, Ny. Moesono (1979) mengemukakan bahwa bakat dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Bakat kemahiran atau kemampuan mengenai bidang pekerjaan yang khusus seperti bakat musik, bakat menari, olahraga (sepakbola, senam), dan sebagainya.
b. Bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk merealisir kemampuan tertentu, misalnya bakat melihat ruang (dimensi) yang diperlukan untuk merealisir bakat insinyur, bakat berhitung untuk merealisir bakat sebagai ahli statistik atau akuntansi, bakat verbal untuk merealisisr baakt sebagai wartawan atau penulis novel, bakat bahasa untuk merealisir bakat orator dan penceramah.
Bakat bukanlah sifat tunggal, melainkan sekelompok sifat-sifat yang secara bertingkat membentuk bakat.
C. Hubungan Antara Bakat Khusus dengan Kreativitas
Dari hasil-hasil penelitian Keberbakatan dan Anak Berbakat, Renzulli dkk. (1981) menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang adalah pada hakekatnya tiga kelompok (cluster) ciri-ciri, yaitu : kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri (tanggung jawab terhadap tugas). Seseorang yang berbakat adalah seseorang yang memiliki ketiga ciri tersebut. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, adalah sama pentingnya.
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang berbakat karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses pengembangan bakat. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan bakat tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Bakat yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi bakat seseorang, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Hal ini tergantung pada proses perkembangan bakat yang harusnya disertai dengan proses perkembangan kreativitas.
D. Hubungan Bakat Khusus dengan Prestasi Akademik
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Adapun yang dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdeferensiasi atau pelayanan yang di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan bakat-bakat mereka secara optimal, baik bagi pengembangan diri maupun untuk dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi kemajuan masyarakat dan negara. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi : kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial seperti bakat kepemimpinan.
Keberbakatan itu meliputi bermacam-macam bidang, namun biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Dan tidak pada semua bidang. Misalnya : Si A menonjol dalam matematika, tetapi tidak dalam bidang seni. Si B menunjukkan kemampuan memimpin, tetapi prestasi akademiknya tidak terlalu menonjol. Hal ini kadang-kadang dilupakan oleh pendidik. Mereka menganggap bahwa seseorang telah diidentifikasi sebagai berbakat harus menonjol dalam semua bidang. Selanjutnya perumusan tersebut menekankan bahwa anak berbakat mampu memberikan prestasi yang tinggi. Mampu belum tentu terwujud. Contoh, ada anak-anak yang sudah dapat mewujudkan bakat mereka yang unggul, tetapi ada pula yang belum. Bakat memerlukan pendidikan dalam latihan agar dapat terampil dalam prestasi yang unggul.
E. Usaha-usaha Guru untuk Mengembangkan Bakat Khusus
Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah, orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik.
Bakat bersifat potensial yang memerlukan pengembangan. Untuk pengembangan bakat ada sejumlah hal yang harus dilakukan oleh para guru, antara lain adalah :
a. Perkaya anak dengan macam-macam pengalaman, dan membangun motivasi belajar. Dengan cara ini anak akan dapat menemukan dimana dia berbakat.
b. Dorong atau rangsanglah anak untuk meluaskan kemampuannya, setelah anak mengarang, anjurkan dia untuk mengambarkannya.
c. Bersimpati atau bersama-sama melakukan kegiatan dengan anak.
d. Berilah penghargaan atau pujian atas usaha yang dilakukannya sekecil apapun usaha tersebut.
e. Sediakanlah sarana yang memadai untuk pengembangan bakat anak.
Beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu pengembangan bakat anak adalah :
a. Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
b. Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
c. Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
d. Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
e. Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti hobi menggambar, melukis, atau menggunakan angka-angka. Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
f. Bawa anak ke tempat-tempat dimana mereka bisa mempelajari hal baru, seperti pentas musik, museum atau galeri seni.
g. Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.
Namun, ada hal-hal yang Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini, yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN BELAJAR
1. Tujuan belajar
a. Pengertian tujuan belajar
Belajar merupakan peristiwa yang sepantasnya dialami oleh anak dalam situasi-situasi tertentu baik disekolah maupun diluar sekolah.
Pengertian belajar menurut para ahli:
Wingkel,(1987), belajar adalah sebagai suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat secara relative menetap (konsisten) dan berbekas.
Skinner, belajar adalah Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar.
Walra, rochmat,(1999:24) belajar adalah Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.
Edward L. Walker (1973) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah. Kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulasi atau factor-faktor samara lainnya yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar.
Ngalim purwanto (1991), mengatakan belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan-perubahan itu terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat relative menetap.
A.G. Lunadi berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Manusia mempunyai perasaan dan pikiran. Hasil belajar maksimal dicapai orang dapat memperluas perasaan maupun pikiran.
Jadi belajar dapat diartikan sebagai proses mental yang terjadi dalam diri seseorang dan melibatkan kegitan berpikir, yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan ( pengalaman belajar), sehingga dapat terjadi perilaku yang positif.
Jadi, seseorang yang dapat dikatakan telah belajar adalah apabila padanya telah terjadi perubahan tertentu, misalnya dari yang tidak dapat mengetik menjadi dapat mengetik, dari yang tidak dapat mengoperasikan computer menjadi mahir mengoperasikan computer dan lain sebagainya.
Tetapi tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena belajar. Misalnya ada perubahan pada anak yang terjadi pada seorang anak seperti : “ dari yang tidak dapat berdiri menjadi dapat berdiri, dari yang tidak dapat berjalan menjadi dapat berdiri ”. Perubahan seperti ini adalah perubahan yang terjadi karena kematangan. Disamping itu, perubahan yang tidak dapat digolongkan sebagai perubahan karena belajar adalah perubahan yang terdapat pada diri seseorang yang sangat singkat, dan kemudian segera menghilang.
Misalnya, seseorang yang secara kebetulan dapat memperbaiki televisi, tetapi ketika harus mengerjakan hal tersebut sekali, dia tidak dapat.
Orang tersebut sebenarnya belum belajar hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan dalam bidang tersebut. sementara bahan belajarnya adalah berupa keadaan alam, hewan, tumbuhan dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pola hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, dan hal ikhwal yang terjadi pada siswadalam rangka kemandirian. Secara umum hal-hal tersebut terjadi sebagai berikut:
1. Guru yang membuat desain instruktusional memandang siswa sebagai partner yang memiliki azas mansipasi diri memaju kemandirian guru menyusun acara pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru dikelas.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa, suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar yang dapat berupa perilaku yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.
7. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
8. Siswa mampu berlaku secara mandiri, setelah pembelajaran.
b. Perlunya tujuan belajar
Tujuan merupakan satu hal yang harus diketahui dan disadari oleh guru sebelum mulai mengajar pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk suatu bidang studi maka si guru hendaknya merumuskan tujuan insruksionalnya, tujuan tersebut masih bersifat umum. Yang kemudian dijabarkan dalan tujuan instruksional khusus. Jadi tujuan umum perlu diurai dengan sistematika tujuan, sehingga mudah merealisasi tujuan umum secara bertingkat atau bertahap. Taraf kekhususan harus memungkinkan seorang guru mengukur taraf pencapaian tujuan serta menilai setiap fase perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi.
c. Jenis-jenis tujuan belajar
Kegiatan belajar adalah suatu proses yang bertujuan dimana antara siswa dan guru sama-sama mengupayakan agar kegiatan pembelajaran memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian, tujuan pembelajaran itu terdiri atas tujuan instruksional (tujuan mata pelajaran), tujuan pembelajaran umum (tujuan umum), dan tujuan pembelajaran khusus (sasaran belajar).
Untuk merumuskan tujuan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal yang harus dijadikan pedoman untuk perumusan operasional yang baik, yaitu
a) Berpusat pada perubahan tingkah laku siswa
b) Mengkhususkan dalam bentuk-bentuk yang terbatas
c) Realitas bagi kebutuhan perkembangan siswa
Yang lazim dilakukan oleh guru-guru yang belum menyadari pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran adalah
1. Merumuskan tujuan terlalu umum
2. Merumuskan tujuan dari sudut guru
3. Merumuskan tujuan dari sudut bahan pelajaran
4. Tidak merumuskan tujuan sama sekali.
2. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
a. Dinamika siswa dalam belajar
Ada 6 jenis perilaku dari ranah kognitif yaitu
1. Pengetahuan
Mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman
Mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Penerapan
Mencakup kemampuan menerapkan metode dari kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru
4. Analisis
Mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian sehingga stuktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis
Mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6. Evaluasi
Mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang berdasarkan kriteria tertentu.
Ke-6 jenis perilaku diatas bersikap hierarkhis.
Ranah afektif (karthwohl, bloom dkk) terdiri dari lima jenis perilaku sbagai berikut :
1. Penerimaan
Yang mencakup kepekaan tentang hal-hal tertentu dan kesediaan.
2. Partisipasi
Yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pemikiran dan penentuan sikap yang mencakup menerima sesuatu nilai menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
3. Organisasi
Yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
4. Pembentukan pola hidup
Yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Kelima jenis perilaku diatas juga bersifat hierarkhis.
Ranah psikomotorik (simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku :
1. Persepsi
Yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan
Yang mencakup kemampuan penempatan dari dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5. Gerakan kompleks
Yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,secara lancer, efisien dan tepat.
6. Penyesuaian pola gerakan
Yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7. Kreatifitas
Mencakup kemampuan melahirkan pola-pola geak-gerik yang baru atas prakarsa sendiri.
b. Dinamika guru dalam kegiatan pembelajaran
Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat hierarkhis dalam dinamisasi siswa dalam belajar. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada belajar yng penting adalah bahan belajar, saran belajar, media dan sumber belajar serta subjek belajar itu sendiri.
1. Bahan belajar
Merupakan sajian yang harus diberikan kpada siswa berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode perolehan. Pertimbangan-pertimbang yang perlu diperhatikan guru untuk memilh bahan ajar adalah :
a. Apakah ihi bahan belajar sesuai dengan sasaran belajar.
b. Bagaimanakah tingkat kesetaraan bahan belajar bagi siswa.
c. Apakah isi bahan belajar tersebut menuntut digunakannya strategi belajar mengajar tertentu.
d. Apakah evaluasi belajar sesuai dengan bahan belajar tersebut.
2. Susunan belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar berpengaruh trhadap kegiatan belajar.
Beberapa pertimbangan yang penting dilakukan guru adalah :
a. Apakah gedung sekolah membuat kenyamanan belajar?
b. Apakah pergaulan antar orang-orang yang terlibat proses pembelajaran menyenangkan.
c. Apakah siswa memiliki ruang belajar dirumah?
d. Apakah siswa mwmiliki kelompok-kelompok yang dapat merusak tertib pergaulan, maka perlu melakukan percegahan
3. Media dan susunan belajar
Guru berperan penting dalam menempatkan media, sumber belajar. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan guru :
a. Apakah media dan sumber blajar tersebut bermanfaat untuk mencapai sasaran belajar
b. Apakah isi pengetahuan pada media massa dapat digunakan sebagai sumber belajar pada pokok bahasan tertentu
c. Apakah isi pengetahuan pada alam dan lingkungan ada manfaat untuk pokok bahasan tertentu.
4. Guru sebagai sumber belajar
Guru adalah subjek pembelajaran siswa. Untuk itu peranan penting guru dalam pembelajaran adalah
a. Membuat desain pembelajaran secara tertulis
b. Meningkatkan diri menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh
c. Bertindak sebagai guru yang mendidik
d. Meningkatkan profesonalisme keguruan
e. Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagau model pembelajarn yang sesuai dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah
f. Dalam berhadapan dengan siswa , guru berperan sbagai fasilitator belajar, pembimbing belajar dan memberi perbaikan belajar
Dengan adanya peran-peran tersebut, maka sebagai pengajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat (wingkel, 1991 : Monks : Knoers, Siti Rahayu 1989, Biggs dan Telfer 1987)
1. Tujuan belajar
a. Pengertian tujuan belajar
Belajar merupakan peristiwa yang sepantasnya dialami oleh anak dalam situasi-situasi tertentu baik disekolah maupun diluar sekolah.
Pengertian belajar menurut para ahli:
Wingkel,(1987), belajar adalah sebagai suatu aktifitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat secara relative menetap (konsisten) dan berbekas.
Skinner, belajar adalah Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar.
Walra, rochmat,(1999:24) belajar adalah Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.
Edward L. Walker (1973) menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah. Kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulasi atau factor-faktor samara lainnya yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar.
Ngalim purwanto (1991), mengatakan belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan-perubahan itu terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat relative menetap.
A.G. Lunadi berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Manusia mempunyai perasaan dan pikiran. Hasil belajar maksimal dicapai orang dapat memperluas perasaan maupun pikiran.
Jadi belajar dapat diartikan sebagai proses mental yang terjadi dalam diri seseorang dan melibatkan kegitan berpikir, yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan ( pengalaman belajar), sehingga dapat terjadi perilaku yang positif.
Jadi, seseorang yang dapat dikatakan telah belajar adalah apabila padanya telah terjadi perubahan tertentu, misalnya dari yang tidak dapat mengetik menjadi dapat mengetik, dari yang tidak dapat mengoperasikan computer menjadi mahir mengoperasikan computer dan lain sebagainya.
Tetapi tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena belajar. Misalnya ada perubahan pada anak yang terjadi pada seorang anak seperti : “ dari yang tidak dapat berdiri menjadi dapat berdiri, dari yang tidak dapat berjalan menjadi dapat berdiri ”. Perubahan seperti ini adalah perubahan yang terjadi karena kematangan. Disamping itu, perubahan yang tidak dapat digolongkan sebagai perubahan karena belajar adalah perubahan yang terdapat pada diri seseorang yang sangat singkat, dan kemudian segera menghilang.
Misalnya, seseorang yang secara kebetulan dapat memperbaiki televisi, tetapi ketika harus mengerjakan hal tersebut sekali, dia tidak dapat.
Orang tersebut sebenarnya belum belajar hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan dalam bidang tersebut. sementara bahan belajarnya adalah berupa keadaan alam, hewan, tumbuhan dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pola hubungan tujuan pembelajaran, proses belajar, dan hal ikhwal yang terjadi pada siswadalam rangka kemandirian. Secara umum hal-hal tersebut terjadi sebagai berikut:
1. Guru yang membuat desain instruktusional memandang siswa sebagai partner yang memiliki azas mansipasi diri memaju kemandirian guru menyusun acara pembelajaran.
2. Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3. Tujuan pembelajaran dalam desain instruksional dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Kegiatan belajar-mengajar merupakan tindak pembelajaran guru dikelas.
5. Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa, suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru.
6. Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar yang dapat berupa perilaku yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki.
7. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
8. Siswa mampu berlaku secara mandiri, setelah pembelajaran.
b. Perlunya tujuan belajar
Tujuan merupakan satu hal yang harus diketahui dan disadari oleh guru sebelum mulai mengajar pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk suatu bidang studi maka si guru hendaknya merumuskan tujuan insruksionalnya, tujuan tersebut masih bersifat umum. Yang kemudian dijabarkan dalan tujuan instruksional khusus. Jadi tujuan umum perlu diurai dengan sistematika tujuan, sehingga mudah merealisasi tujuan umum secara bertingkat atau bertahap. Taraf kekhususan harus memungkinkan seorang guru mengukur taraf pencapaian tujuan serta menilai setiap fase perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi.
c. Jenis-jenis tujuan belajar
Kegiatan belajar adalah suatu proses yang bertujuan dimana antara siswa dan guru sama-sama mengupayakan agar kegiatan pembelajaran memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian, tujuan pembelajaran itu terdiri atas tujuan instruksional (tujuan mata pelajaran), tujuan pembelajaran umum (tujuan umum), dan tujuan pembelajaran khusus (sasaran belajar).
Untuk merumuskan tujuan belajar, guru hendaknya memperhatikan beberapa hal yang harus dijadikan pedoman untuk perumusan operasional yang baik, yaitu
a) Berpusat pada perubahan tingkah laku siswa
b) Mengkhususkan dalam bentuk-bentuk yang terbatas
c) Realitas bagi kebutuhan perkembangan siswa
Yang lazim dilakukan oleh guru-guru yang belum menyadari pentingnya perumusan tujuan dalam pembelajaran adalah
1. Merumuskan tujuan terlalu umum
2. Merumuskan tujuan dari sudut guru
3. Merumuskan tujuan dari sudut bahan pelajaran
4. Tidak merumuskan tujuan sama sekali.
2. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
a. Dinamika siswa dalam belajar
Ada 6 jenis perilaku dari ranah kognitif yaitu
1. Pengetahuan
Mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman
Mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Penerapan
Mencakup kemampuan menerapkan metode dari kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru
4. Analisis
Mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan dalam bagian-bagian sehingga stuktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis
Mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6. Evaluasi
Mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang berdasarkan kriteria tertentu.
Ke-6 jenis perilaku diatas bersikap hierarkhis.
Ranah afektif (karthwohl, bloom dkk) terdiri dari lima jenis perilaku sbagai berikut :
1. Penerimaan
Yang mencakup kepekaan tentang hal-hal tertentu dan kesediaan.
2. Partisipasi
Yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pemikiran dan penentuan sikap yang mencakup menerima sesuatu nilai menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
3. Organisasi
Yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
4. Pembentukan pola hidup
Yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Kelima jenis perilaku diatas juga bersifat hierarkhis.
Ranah psikomotorik (simpson) terdiri dari tujuh jenis perilaku :
1. Persepsi
Yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan
Yang mencakup kemampuan penempatan dari dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5. Gerakan kompleks
Yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap,secara lancer, efisien dan tepat.
6. Penyesuaian pola gerakan
Yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7. Kreatifitas
Mencakup kemampuan melahirkan pola-pola geak-gerik yang baru atas prakarsa sendiri.
b. Dinamika guru dalam kegiatan pembelajaran
Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat hierarkhis dalam dinamisasi siswa dalam belajar. Kondisi eksternal yang berpengaruh pada belajar yng penting adalah bahan belajar, saran belajar, media dan sumber belajar serta subjek belajar itu sendiri.
1. Bahan belajar
Merupakan sajian yang harus diberikan kpada siswa berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode perolehan. Pertimbangan-pertimbang yang perlu diperhatikan guru untuk memilh bahan ajar adalah :
a. Apakah ihi bahan belajar sesuai dengan sasaran belajar.
b. Bagaimanakah tingkat kesetaraan bahan belajar bagi siswa.
c. Apakah isi bahan belajar tersebut menuntut digunakannya strategi belajar mengajar tertentu.
d. Apakah evaluasi belajar sesuai dengan bahan belajar tersebut.
2. Susunan belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar berpengaruh trhadap kegiatan belajar.
Beberapa pertimbangan yang penting dilakukan guru adalah :
a. Apakah gedung sekolah membuat kenyamanan belajar?
b. Apakah pergaulan antar orang-orang yang terlibat proses pembelajaran menyenangkan.
c. Apakah siswa memiliki ruang belajar dirumah?
d. Apakah siswa mwmiliki kelompok-kelompok yang dapat merusak tertib pergaulan, maka perlu melakukan percegahan
3. Media dan susunan belajar
Guru berperan penting dalam menempatkan media, sumber belajar. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan guru :
a. Apakah media dan sumber blajar tersebut bermanfaat untuk mencapai sasaran belajar
b. Apakah isi pengetahuan pada media massa dapat digunakan sebagai sumber belajar pada pokok bahasan tertentu
c. Apakah isi pengetahuan pada alam dan lingkungan ada manfaat untuk pokok bahasan tertentu.
4. Guru sebagai sumber belajar
Guru adalah subjek pembelajaran siswa. Untuk itu peranan penting guru dalam pembelajaran adalah
a. Membuat desain pembelajaran secara tertulis
b. Meningkatkan diri menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh
c. Bertindak sebagai guru yang mendidik
d. Meningkatkan profesonalisme keguruan
e. Melakukan pembelajaran sesuai dengan berbagau model pembelajarn yang sesuai dengan kondisi siswa, bahan belajar, dan kondisi sekolah
f. Dalam berhadapan dengan siswa , guru berperan sbagai fasilitator belajar, pembimbing belajar dan memberi perbaikan belajar
Dengan adanya peran-peran tersebut, maka sebagai pengajar guru adalah pembelajar sepanjang hayat (wingkel, 1991 : Monks : Knoers, Siti Rahayu 1989, Biggs dan Telfer 1987)
Perkembangan Emosi
PERKEMBANGAN EMOSI
1. Pengertian emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2.Ciri-ciri emosi remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadappolaperilakubarudanharapansosialbaru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahundanusia15-1tahun.
Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universa dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi remaja dipengaruhi pada factor kematangan dan factor belajar Perkembangan Intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan suatu rangsangan dalam jangka yang lebih lama dan menimbulkan emosi terarah pada suatu objek, kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Selain itu Perkembangan kelejar Endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
3. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
4. Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.
Selain itu pertambahan unsur pertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media/keseluruhan antar belakang pengalaman juga berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosi.
4.Usaha Guru Untuk Mengembangkan Emosi Positif Remaja
Emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka yang dapat dilakukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
Upaya pengembangan emosi remaja, yaitu:
a. Membantu mereka dan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
b. Meminta siswa mendiskusikan dan menulis tentang perasaan-perasaan mereka yang negative serta memahami alasan-alasan pemberontakannya agar dapat membantu siswa untuk mengendalikan diri.
c. Cara yang paling baik menghadapi pemberontakan remaja adalah mencoba mengerti mereka dan melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu remaja berhasil berprestasi dalam salah satu bidang.
d. Guru diminta untuk berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang simpatik atas segala cerita-cerita mereka tentang masalahnya, perasaan-perasaannya, dan rahasia pribadinya.
e. Mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan poal emosi yang diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertaman kuat.
James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), mengemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif .
1. Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan
2. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
3. Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga.
4. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
P.T. Remaja Rosdakarya.
Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan
Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sumber lain dikutip dari skripsi; Amalia Sawitri Wahyuningsih.
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP PRESS
1. Pengertian emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
2.Ciri-ciri emosi remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadappolaperilakubarudanharapansosialbaru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahundanusia15-1tahun.
Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universa dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi remaja dipengaruhi pada factor kematangan dan factor belajar Perkembangan Intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan suatu rangsangan dalam jangka yang lebih lama dan menimbulkan emosi terarah pada suatu objek, kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Selain itu Perkembangan kelejar Endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.
Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.
3. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
4. Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.
Selain itu pertambahan unsur pertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media/keseluruhan antar belakang pengalaman juga berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosi.
4.Usaha Guru Untuk Mengembangkan Emosi Positif Remaja
Emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka yang dapat dilakukan guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
Upaya pengembangan emosi remaja, yaitu:
a. Membantu mereka dan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
b. Meminta siswa mendiskusikan dan menulis tentang perasaan-perasaan mereka yang negative serta memahami alasan-alasan pemberontakannya agar dapat membantu siswa untuk mengendalikan diri.
c. Cara yang paling baik menghadapi pemberontakan remaja adalah mencoba mengerti mereka dan melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk membantu remaja berhasil berprestasi dalam salah satu bidang.
d. Guru diminta untuk berfungsi dan bersikap seperti pendengar yang simpatik atas segala cerita-cerita mereka tentang masalahnya, perasaan-perasaannya, dan rahasia pribadinya.
e. Mengendalikan lingkungan untuk menjamin pembinaan poal emosi yang diinginkan dan menghilangkan reaksi-reaksi emosional yang diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang tertaman kuat.
James C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005), mengemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi yang konstruktif .
1. Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi kesulitan
2. Peliharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga masih bernilai positif.
3. Senatiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki dan bisa dikerjakan, dan ditujukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata juga.
4. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi dan menghilangkan emosi-emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui: pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola-pola tindakan atau respons emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan pengikisan akan emosi-emosi yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung :
P.T. Remaja Rosdakarya.
Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan
Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sumber lain dikutip dari skripsi; Amalia Sawitri Wahyuningsih.
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP PRESS
Administrasi Keuangan
ADMINISTRASI KEUANGAN
1. Pengertian
Suatu usaha dan kegiatan pengaturan uang yang meliputi kegiatan perencanaan, sumber keuangan, pengalokasian, penganggaran, pemanfaatan dana, pembukuan, penyimpanan, pemeriksaan dan pengawasan, pertanggungjawaban dan pelaporan uang yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
2. Tujuan
Tujuan administrasi keuangan sekolah adalah untuk mewujudkan :
a. penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara efisien.
b. terjaminnya kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
c. tercegahnya kekeliruan, kebocoran atau penyimpangan penggunaan dana.
d. terjaminnya akuntabilitas perkembangan sekolah.
3. Sumber keuangan dan pembiayaan
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :
1. Pemerintah,baik pemerintah pusat,daerah maupun kedua-duanya,yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
2. Orang tua atau peserta didik.
3. Masyarakat,Baik Mengikat Maupun Tidak Mengikat.
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan, demikian pula sekolah. Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.
Beberapa instrumen (format-format) yang mencerminkan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah tersebut :
A. Manajemen Pembayaran SPP
Dasar hukum penyusutan SPP adalah keputusan bersama tiga menteri yaitu:
- Menteri P&K (No.0257/K/1974)
- Menteri dalam negeri (No.221 Tahun 1974)
- Menteri keuangan (No. Kep. 1606/MK/II/1974) tertanggal: 20 Nopember 1974
SPP dimaksudkan untuk membantu pembinaan pendidikan seperti yang ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni membantu penyelengaraan sekolah, kesejahteraan personel,perbaikan sarana dan kegiatan supervisi.
Yang dimaksud penyelenggaraan sekolah ialah :
- Pengadaan alat atau bahan manajemen
- Pengadaan alat atau bahan pelajaran
- Penyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB
- Pengadaan perpustakaan sekolah
- Prakarya dan pelajaran praktek
Selanjutnya pada pasal 18 dinyatakan bahwa kedudukan kepala sekolah dalam pengelolaan SPP adalah bendaharawan khusus yang bertanggungjawab dalam penerimaan,penyetoran dan penggunaan dana yang telah ditentukan terutama dan penyelenggaraan sekolah.
B. Manajemen keuangan yang berasal dari Negara (pemerintah)
Yang dimaksud keuangan dari Negara ialah meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan belanja barang untuk pertanggung jawaban uang tersebut diperlukan beberapa format sebagi berikut:
a. Lager gaji (daftar permintaan gaji)
b. Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)
C. Manajemen keuangan yang berasal dari BP3
Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) bertugas memberikan bantuannya dalam penyelenggaraan sekolah.Bantuan ini dapat berbentuk uang tetapi mungkin pula dalam bentuk lain seperti usaha perbaikan sekolah,pembangunan lokal baru,dan sebagainya
D. Lain-lain
Sudah menjadi hal yang umum bahwa guru atau karyawan sering mempunyai sangkut paut tersendiri dalam hal keuangan terutama gaji.Dalam hubungan ini misalnya kegiatan arisan di sekolah koperasi antar guru dan lain-lain
Oleh karenanya kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga wajib mengetahui dengan jelas berapa gaji bersih yang diterima oleh anak buahnya,usaha pembinaan kesejahteraan pegawai kiranya perlu diperhatikan data tersebut.
4. Komponen Administrasi Keuangan Sekolah
Komponen administrasi keuangan meliputi, kegiatan sebagai berikut ini:
a. Kegiatan Perencanaan
Perencanaan keuangan terdiri atas:
- perencanaan jangka pendek
- perencanaan jangka menengah
- perencanaan jangka panjang
b. Sumber Keuangan
c. Pengalokasian
Alokasi tersebut terdiri atas :
- alokasi pembangunan, baik pembangunan fisik ( penambahan fasilitas ) maupun nonfisik ( pendidikan dan latihan pegawai ).
- alokasi kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar,
pembinaan kesiswaan dan kebutuhan rumah tangga.
d. Penganggaran
e. Pemanfaat Dana
f. Pembukuan
1) Prinsip pembukuan meliputi :
- pemasukan dan pengeluaran keuangan tercatat secara tertib, disertai dengan
bukti tertulis sesuai aturan yang berlaku.
- pencatatan siap diberikan setiap saat.
- pembukuan dilakukan secara terbuka.
2) Jenis pembukuan terdiri atas :
- buku kas umum
- buku per mata anggaran
- buku kas harian
- buku surat perintah membayar uang / giro
- buku bank
- buku pembantu lainnya sesuai dengan kebutuhan
g. Pemeriksaan dan Pengawas
h. Pertanggungjawaban dan Pelaporan
1. Pengertian
Suatu usaha dan kegiatan pengaturan uang yang meliputi kegiatan perencanaan, sumber keuangan, pengalokasian, penganggaran, pemanfaatan dana, pembukuan, penyimpanan, pemeriksaan dan pengawasan, pertanggungjawaban dan pelaporan uang yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
2. Tujuan
Tujuan administrasi keuangan sekolah adalah untuk mewujudkan :
a. penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara efisien.
b. terjaminnya kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah.
c. tercegahnya kekeliruan, kebocoran atau penyimpangan penggunaan dana.
d. terjaminnya akuntabilitas perkembangan sekolah.
3. Sumber keuangan dan pembiayaan
Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :
1. Pemerintah,baik pemerintah pusat,daerah maupun kedua-duanya,yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
2. Orang tua atau peserta didik.
3. Masyarakat,Baik Mengikat Maupun Tidak Mengikat.
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan, demikian pula sekolah. Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan sebagainya.
Beberapa instrumen (format-format) yang mencerminkan adanya kegiatan manajemen keuangan sekolah tersebut :
A. Manajemen Pembayaran SPP
Dasar hukum penyusutan SPP adalah keputusan bersama tiga menteri yaitu:
- Menteri P&K (No.0257/K/1974)
- Menteri dalam negeri (No.221 Tahun 1974)
- Menteri keuangan (No. Kep. 1606/MK/II/1974) tertanggal: 20 Nopember 1974
SPP dimaksudkan untuk membantu pembinaan pendidikan seperti yang ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni membantu penyelengaraan sekolah, kesejahteraan personel,perbaikan sarana dan kegiatan supervisi.
Yang dimaksud penyelenggaraan sekolah ialah :
- Pengadaan alat atau bahan manajemen
- Pengadaan alat atau bahan pelajaran
- Penyelenggaraan ulangan, evaluasi belajar, kartu pribadi, rapor dan STTB
- Pengadaan perpustakaan sekolah
- Prakarya dan pelajaran praktek
Selanjutnya pada pasal 18 dinyatakan bahwa kedudukan kepala sekolah dalam pengelolaan SPP adalah bendaharawan khusus yang bertanggungjawab dalam penerimaan,penyetoran dan penggunaan dana yang telah ditentukan terutama dan penyelenggaraan sekolah.
B. Manajemen keuangan yang berasal dari Negara (pemerintah)
Yang dimaksud keuangan dari Negara ialah meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan belanja barang untuk pertanggung jawaban uang tersebut diperlukan beberapa format sebagi berikut:
a. Lager gaji (daftar permintaan gaji)
b. Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)
C. Manajemen keuangan yang berasal dari BP3
Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3) bertugas memberikan bantuannya dalam penyelenggaraan sekolah.Bantuan ini dapat berbentuk uang tetapi mungkin pula dalam bentuk lain seperti usaha perbaikan sekolah,pembangunan lokal baru,dan sebagainya
D. Lain-lain
Sudah menjadi hal yang umum bahwa guru atau karyawan sering mempunyai sangkut paut tersendiri dalam hal keuangan terutama gaji.Dalam hubungan ini misalnya kegiatan arisan di sekolah koperasi antar guru dan lain-lain
Oleh karenanya kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga wajib mengetahui dengan jelas berapa gaji bersih yang diterima oleh anak buahnya,usaha pembinaan kesejahteraan pegawai kiranya perlu diperhatikan data tersebut.
4. Komponen Administrasi Keuangan Sekolah
Komponen administrasi keuangan meliputi, kegiatan sebagai berikut ini:
a. Kegiatan Perencanaan
Perencanaan keuangan terdiri atas:
- perencanaan jangka pendek
- perencanaan jangka menengah
- perencanaan jangka panjang
b. Sumber Keuangan
c. Pengalokasian
Alokasi tersebut terdiri atas :
- alokasi pembangunan, baik pembangunan fisik ( penambahan fasilitas ) maupun nonfisik ( pendidikan dan latihan pegawai ).
- alokasi kegiatan rutin, seperti belanja pegawai, kegiatan belajar mengajar,
pembinaan kesiswaan dan kebutuhan rumah tangga.
d. Penganggaran
e. Pemanfaat Dana
f. Pembukuan
1) Prinsip pembukuan meliputi :
- pemasukan dan pengeluaran keuangan tercatat secara tertib, disertai dengan
bukti tertulis sesuai aturan yang berlaku.
- pencatatan siap diberikan setiap saat.
- pembukuan dilakukan secara terbuka.
2) Jenis pembukuan terdiri atas :
- buku kas umum
- buku per mata anggaran
- buku kas harian
- buku surat perintah membayar uang / giro
- buku bank
- buku pembantu lainnya sesuai dengan kebutuhan
g. Pemeriksaan dan Pengawas
h. Pertanggungjawaban dan Pelaporan
Administrasi Sarana Prasarana
ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA
1. Pengertian
Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan . misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dsb. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya ; Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb. Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut keputusan menteri P dan K No 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.
Secara micro (sempit) kepala sekolahlah yang bertanggung jawab atas pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah sekolah. Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolaah serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan secara khusus maupun tujuan secara umum
Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan prasarana di antaranya adalah :
a.Berdasarkan konsepsi lama dan modern .
Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di artikan sebagai sebuah sistem yang mengatur ketertiban peralatan yang ada di sekolah. Menurut konsepsi modern administrasi sarana dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru menurut konsepsi lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah, menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
b. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan di siplin (pendekatan otoriter)
Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan ketertiban sarana dan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi
Seperangkat kegiatan untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan permisif)
Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran (pendekatan intruksional)
Seperangkat kegiatan untuk mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
2. Kegiatan administrasi sarana dan prasarana
Penentuan Kebutuhan
Melaksanakan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana sebelum mengadakan alat-alat tertentu.
Berikut adalah prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah.
a.Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak
1) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urrutan sebagai berikut.
- Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah.
- Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan.
- Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan.
2) Barang tak habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
- Menganalisis dan menyusun keperluan sesuai dengan rencana kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai.
- Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan.
- Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.
b.Penentuan Kebutuhan Barang Tidak Bergerak
Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan, direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
1) Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang akan direnovasi dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: fungsi bangunan, struktur organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang akan ditempatkan.
2) Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survei.
3) Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan.
4) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebijaksanaan departemen.
c Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar
Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/ kabupaten. Selain itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar dari sekolah baik lulusan, pindahan, maupun putus sekolah.Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shift).
Pengadaan Sarana Prasarana
Pengadaan sarana prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya, antara lain sebagai berikut.
a Pengadaan buku, alat, dan perabot dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan menerima bantuan/ hadiah/ hibah.
b Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara:
1) membangun bangunan baru;
2) membeli bangunan;
3) menyewa bangunan;
4) menerima hibah bangunan;
5) menukar bangunan;
c Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan cara membeli, menerimabahan, menerima hak pakai, dan menukar.
Penggunaan dan Pemeliharaan
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun, prinsip efisiensi berti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengjkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang terus menerus untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik atau siap untukdipakai.
Menurut kurun waktunya, pemeliharaan dibedakan dalam:
a. pemeliharaan sehari-hari, misalnya: mobil, mesin disel, mesin ketik, komputer, dsb.
b. pem eliharaan berkala, yaitu: dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dsb.
Pengurusan dan Pencatatan
Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik, artinya secara teratur dan tertib berdasarkan ketentuan atau pedoman yang berlaku. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. Apabila dalam inventarisasi terdapat sejumlah perlengkapan yang sudah tidak layak pakai maka perlu dilakukan penghapusan.
Pertanggungjawaban (Pelaporan)
Penggunaan sarana prasarana inventaris sekolah harus dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditujuakn kepada instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut dengan mutasi barang. Pelaporan dilakukan sekali dalam setiap triwulan, terkecuali bila di sekolah itu ada barang rutin dan
barang proyek maka pelaporan pun seharusnya dibedakan.
Laboratorium
Laboratorium adalah tempat praktik dan menguji suatu hal yang berkenaan dengan teori yang sedang dipelajari dan atau telah didapat atau dikuasainya. Di laboratorium orang-orang dapat melakukan pengujian yang didukung dengan alat-alat uji dan bahan uji. Beberapa macam laboratorium, seperti : laboratorium bahasa, IPA, IPS, Komputer (IT),dsb. Agar penggunaan laboratorium dapat tertib dan efektif maka diperlukan adanya administrasi laboratorium yang antara lain sebagai berikut.
a. Pengelola
b. Ruang Laboratorium
c. Peralatan dan Bahan Laboratorium
d. Pemeliharaan dan Penempatan
e. Tata tertib dan Keamanan
f. Kegiatan Laboratorium
g. Pelaporan
Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantungnya sebuah sekolah. Suatu sekolah bias berkualitas apabila sekolah tersebut dapat menyediakan, mengelola danmemanfaatkan perpustakaan secara efektif. Perpustakaan adalah tempat menyediakan buku-buku bacaan, penunjang, dan referensi lain baik berbentuk cetak maupun elektronik (books or nonbooks materials) yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, perpustakaan juga merupakan tempat kegiatan siswa belajar (membaca buku atau referensi lain dan atau memperhati tayangan melalui media pembelajaran lainnya yang disediakan sehingga membantu keefektifan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, di sekolah wajib diselenggarakan perpustakaan. Untuk membantu penyelenggaraan perpustakaan yang efektif maka perlu diadakan administrasi perpustakaan, yaitu:
a. Pengelola
b. Ruang Perpustakaan
c. Program Kerja
d. Perlengkapan, seperti:
1) Kartu Anggota Perpustakaan
2) Kartu Peminjam
3) Kartu Katalog
4) Katalog Buku/non-buku (media elektronik)
3. Peranan Guru Dalam Administrasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Peranan guru dalam administrasi prasarana dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang dimaksud.
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan dalam proses belajar-mengajara harus sesuai dengan rancanagn kegiatan belajar-mengajar itu. Perencanaan pengadaan barang yang menuntut keterlibatan guru di antaranya adalah pengadaan alat pengajaran dan media pengajaran.
2. Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Guru harus dapat memanfaatkan segala sarana seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pemakaian sarana dan prasarana pengajaran yang ada. Juga bertanggung jawab terhadap penempatan sarana dan prasarana
3. Pengawasan Penggunaan
Apabila sarana dan prasarana pendidikan itu digunakan oleh siswa yang ada di kelasanya, maka tugas guru adalah melakukan pengawasanan atau memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan atau memakaik sarana dan prasarana pendidikan itu sebagaimana mestinya
1. Pengertian
Secara Etimologis (bahasa) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan . misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dsb. Sedangkan sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya ; Ruang, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb. Dengan demikian dapat di tarik suatau kesimpulan bahwa Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri.
Menurut keputusan menteri P dan K No 079/ 1975, sarana pendididkan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah
b. Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan , alat-alat peraga dan laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.
Secara micro (sempit) kepala sekolahlah yang bertanggung jawab atas pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang di perlukan di sebuah sekolah. Sedangkan administrasi sarana dan prasarana itu sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi terlaksananya proses pembelajaran di sekolaah serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sebuah sekolah baik tujuan secara khusus maupun tujuan secara umum
Terdapat beberapa pemahaman mengenai administrasi sarana dan prasarana di antaranya adalah :
a.Berdasarkan konsepsi lama dan modern .
Menurut konsepsi lama administrasi sarana dan prasarana itu di artikan sebagai sebuah sistem yang mengatur ketertiban peralatan yang ada di sekolah. Menurut konsepsi modern administrasi sarana dan prasarana itu adalah suatu proses seleksi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Guru menurut konsepsi lama bertugas untuk mengatur ketertiban penggunaan sarana sekolah, menurut konsepsi modern guru bertugas sebagai administrator dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
b. Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu
Seperangkat kegiatan dalam mempertahankan ketertiban penggunaan sarana dan prasarana di sekolah melalui penggunaan di siplin (pendekatan otoriter)
Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan ketertiban sarana dan prasarana sekolah dengan melalui pendekatan intimidasi
Seperangkat kegiatan untuk memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah dalam proses pembelajaran (pendekatan permisif)
Seperangkat kegiatan untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan program pembelajaran (pendekatan intruksional)
Seperangkat kegiatan untuk mengembangkan sarana dan prasarana sekolah
Seperangkat kegiatan untuk mempertahankan keutuhan dan keamanan dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
2. Kegiatan administrasi sarana dan prasarana
Penentuan Kebutuhan
Melaksanakan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana sebelum mengadakan alat-alat tertentu.
Berikut adalah prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah.
a.Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak
1) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urrutan sebagai berikut.
- Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah.
- Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan.
- Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan.
2) Barang tak habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
- Menganalisis dan menyusun keperluan sesuai dengan rencana kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai.
- Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan.
- Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.
b.Penentuan Kebutuhan Barang Tidak Bergerak
Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan, direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
1) Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang akan direnovasi dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: fungsi bangunan, struktur organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang akan ditempatkan.
2) Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survei.
3) Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan.
4) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebijaksanaan departemen.
c Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar
Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/ kabupaten. Selain itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar dari sekolah baik lulusan, pindahan, maupun putus sekolah.Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shift).
Pengadaan Sarana Prasarana
Pengadaan sarana prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya, antara lain sebagai berikut.
a Pengadaan buku, alat, dan perabot dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan menerima bantuan/ hadiah/ hibah.
b Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara:
1) membangun bangunan baru;
2) membeli bangunan;
3) menyewa bangunan;
4) menerima hibah bangunan;
5) menukar bangunan;
c Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan cara membeli, menerimabahan, menerima hak pakai, dan menukar.
Penggunaan dan Pemeliharaan
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun, prinsip efisiensi berti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengjkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang. Pemeliharaan merupakan kegiatan yang terus menerus untuk mengusahakan agar barang tetap dalam keadaan baik atau siap untukdipakai.
Menurut kurun waktunya, pemeliharaan dibedakan dalam:
a. pemeliharaan sehari-hari, misalnya: mobil, mesin disel, mesin ketik, komputer, dsb.
b. pem eliharaan berkala, yaitu: dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dsb.
Pengurusan dan Pencatatan
Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik, artinya secara teratur dan tertib berdasarkan ketentuan atau pedoman yang berlaku. Melalui inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. Apabila dalam inventarisasi terdapat sejumlah perlengkapan yang sudah tidak layak pakai maka perlu dilakukan penghapusan.
Pertanggungjawaban (Pelaporan)
Penggunaan sarana prasarana inventaris sekolah harus dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditujuakn kepada instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut dengan mutasi barang. Pelaporan dilakukan sekali dalam setiap triwulan, terkecuali bila di sekolah itu ada barang rutin dan
barang proyek maka pelaporan pun seharusnya dibedakan.
Laboratorium
Laboratorium adalah tempat praktik dan menguji suatu hal yang berkenaan dengan teori yang sedang dipelajari dan atau telah didapat atau dikuasainya. Di laboratorium orang-orang dapat melakukan pengujian yang didukung dengan alat-alat uji dan bahan uji. Beberapa macam laboratorium, seperti : laboratorium bahasa, IPA, IPS, Komputer (IT),dsb. Agar penggunaan laboratorium dapat tertib dan efektif maka diperlukan adanya administrasi laboratorium yang antara lain sebagai berikut.
a. Pengelola
b. Ruang Laboratorium
c. Peralatan dan Bahan Laboratorium
d. Pemeliharaan dan Penempatan
e. Tata tertib dan Keamanan
f. Kegiatan Laboratorium
g. Pelaporan
Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantungnya sebuah sekolah. Suatu sekolah bias berkualitas apabila sekolah tersebut dapat menyediakan, mengelola danmemanfaatkan perpustakaan secara efektif. Perpustakaan adalah tempat menyediakan buku-buku bacaan, penunjang, dan referensi lain baik berbentuk cetak maupun elektronik (books or nonbooks materials) yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, perpustakaan juga merupakan tempat kegiatan siswa belajar (membaca buku atau referensi lain dan atau memperhati tayangan melalui media pembelajaran lainnya yang disediakan sehingga membantu keefektifan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, di sekolah wajib diselenggarakan perpustakaan. Untuk membantu penyelenggaraan perpustakaan yang efektif maka perlu diadakan administrasi perpustakaan, yaitu:
a. Pengelola
b. Ruang Perpustakaan
c. Program Kerja
d. Perlengkapan, seperti:
1) Kartu Anggota Perpustakaan
2) Kartu Peminjam
3) Kartu Katalog
4) Katalog Buku/non-buku (media elektronik)
3. Peranan Guru Dalam Administrasi Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Peranan guru dalam administrasi prasarana dan sarana dimulai dari perencanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan, serta pengawasan penggunaan prasarana dan sarana yang dimaksud.
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang menuntut keterlibatan guru karena semua barang yang dipergunakan dalam proses belajar-mengajara harus sesuai dengan rancanagn kegiatan belajar-mengajar itu. Perencanaan pengadaan barang yang menuntut keterlibatan guru di antaranya adalah pengadaan alat pengajaran dan media pengajaran.
2. Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Guru harus dapat memanfaatkan segala sarana seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan pemakaian sarana dan prasarana pengajaran yang ada. Juga bertanggung jawab terhadap penempatan sarana dan prasarana
3. Pengawasan Penggunaan
Apabila sarana dan prasarana pendidikan itu digunakan oleh siswa yang ada di kelasanya, maka tugas guru adalah melakukan pengawasanan atau memberikan arahan agar siswa dapat menggunakan atau memakaik sarana dan prasarana pendidikan itu sebagaimana mestinya
Administrasi Personalia
ADMINISTRASI PERSONALIA
1. Pengertian
Kata administrasi berasal dari kata ad yang berarti ke atau kepada, dan ministrare yang berarti melayani,membantu atau mengarahkan.Sedangkan kata personalia berasal dari kata personil atau personnel yang berarti pegawai. Jadi administrasi personalia tidak lain adalah administrasi dalam bidang pegawai atau kepegawaian,yaitu administrasi atau manajemen yang menagani masalah –masalah kepegawaian dalam suatu badan usaha atau lembaga.
Administrasi Personalia pada dasarnya proses ini adalah proses yang paling dasar dalam pengumpulan informasi yang berhubungan dengan sistem kepegawaian. Dimana dalam hal ini dilakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan kelengkapan atau pelengkap dari proses administrasi umum yang berhubungan dengan seorang personel.
Adapun proses yang termasuk didalamnya adalah proses perekaman data umum kepegawaian seperti :
Biodata Pegawai
Sejarah Kepangkatan
Sejarah jabatan
Sejarah Pendidikan Formal
Sejarah Pendidikan Penjenjangan
Sejarah Pendidikan Substantial
Keahlian berbahasa asing
Penggunaan fasilitas perusahaan
Sejarah kunjungan ke luar negeri
Daftar Keluarga
Sejarah hukuman dan penghargaan yang diperoleh
Memo Khusus
Sehubungan dengan itu, pada sistem ini telah dibentuk suatu standarisasi tabel-tabel pendukung, yang mana mengacu pada standar pengkodean yang ditetapkan untuk
Sistem Kepegawaian di Indonesia. Keuntungan dari hal ini adalah :
a. Kemudahan dalam pengelompokan informasi, karena sebagian besar informasi
b. menggunakan kode.
c. Mempercepat pengisian dan akurasi data, sebab operator tidak perlu mengingat
d. daftar kode yang diperlukan untuk pengisian data, semua dapat diperoleh secara
e. cepat oleh sistem.
f. Tampilan grafis dalam pemasukan data, sehingga membantu pemakai dalam
g. pengoperasiannya.
h. Jumlah data yang direkam per transaksi lebih sedikit dengan pengkodean.
i. Setiap histori yang dimiliki oleh personel akan direkam selama atau sebanyak
j. jumlah data yang akan disimpan (ditentukan oleh pihak manajemen
k. kepegawaian).
2. Perencanaan
Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai bertujuan untuk mengetahui secara pasti akan kebutuhan pegawai, baik mengenai jumlahnya maupun mengenai jenis dan tingkatannya.
Untuk mengetahui kebutuhan pegawai ini ada tiga hal yang perlu diketahui lebih dahulu, yaitu :
Jumlah dan jenis pegawai yang telah ada
Beban kerja (load) dari lembaga ataupun unit-unitnya
Kapasitas kerja pegawai
Dalam rangka perencanaan penentuan penambahan atau pengurangan pegawai secara umum dapat dikatakan, bahwa ada dua kebijakan dlaam hal ini, yaitu :
1. Kebijakan kepegawaian didasarkan pada kebutuhan (need oriented) ; berarti apabila suatu unit kerja mengalami perkembangan, berarti beban kerja bertambah. Bila beban kerja bertambah, berarti perlu adanya penambahan pegawai. Sebaliknya, apabila suatu unit kerja (usaha) mengalami kemunduran, berarti beban kerja menyusut. Bila beban kerja menyusut berarti ada pegawai tidak berfungsi. Dalam hal ini diadakan pengurangan pegawai. Penyusutan atau pengurangan pegawai ini dalam istilah kepegawaian biasa disebut “rasionalisasi”.
2. Kebijakan kepegawaian didasarkan pada anggaran biaya (buget oriented) ; berarti penentuan penambahan atau pengurangan pegawai didasarkan pada anggaran biaya yang tersedia. Bila naggaran tersedia, maka boleh mengadakan penambahan pegawai. Tapi, bila anggaran tidak tersedia/menurun, maka tidak diperbolehkan menambah pegawai, bahakan bila perlu mengurangi pegawai.
3. Pengadaan Personil
Pegawai adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat “orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai : yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan lembaga/instansi tempat kerjanya, pegawai bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Pegawai Negri : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah
2. Pegawai Swasta : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga swasta
Pada pokoknya pengadaan pegawai negri sipil diselenggarakan melalui langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut :
1. Pengumuman
2. Pendaftaran
3. Seleksi atau Penyaringan
4. Pemanfaatan Dan Pembinaan
Pemanfaatan personil merupakan upaya perlibatan secara aktif para personil dalam kegiatan penyelenggaraan kerja untuk mencapai tujuan lembaga.
Pembinaan personil adalah kegiatan yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas lembaga/pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Upaya yang dilakukan dalam pendayagunaan personil adalah:
Pengadaan Pegawai Negri Sipil
Pegawai adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat “orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai : yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan lembaga/instansi tempat kerjanya, pegawai bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Pegawai Negri : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah
2. Pegawai Swasta : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga swasta
Pada pokoknya pengadaan pegawai negri sipil diselenggarakan melalui langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut :
1. Pengumuman
2. Pendaftaran
3. Seleksi atau Penyaringan
Kewajiban dan Hak Pegawai Negri Sipil
Dalam UU No. 8 tahun 1974 disebutkankewajiban PNS sebagai berikut :
1. Setiap PNS wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pncasila, UUD 45 dan Pemerintah
2. Setiap PNS wajib mentaati segala perundang-undangan yang berlaku
3. Setiap PNS wajib melaksanakan segala tugas kedinasan
4. Setiap PNS wajib menyimpan rahasia jabatan
5. Setiap PNS bekerja secara jujur, tertib, cermat dan bersemangat
Adapun hak-hak PNS ialah :
1. Setiap PNS berhak memperoleh gaji yang layak
2. Setiap PNS dan keluarganya yang sakit berhak akan perawatan kesehatan
3. Setiap PNS berhak atas cuti
4. Setiap PNS berhak mendapatkan tunjangan
5. Setiap keluarga PNS berhak mendapatkan uang duka bila meninggal
6. Setiap PNS berhak atas pensiun sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pemindahan Pegawai Negri Sipil
1. Mutasi ; pemindahan seorang PNS dari suatu jabatan ke jabatan lain yang sama tingkatnya. Pemindahan ini disebut juga “tour of duty”.
2. Demosi ; penurunan pangkat setingkat lebig rendah dari pangkat sebelumnya. Demosi diberikan antara 6 bulan s/d 1 tahun, setelah itu PNS bersangkutan kembali pada jabatannya semula.
Peningkatan Kesejahteraan Pegawai
a. Kesejahteraan Rohani
1. Kebutuhan akan rasa aman dan tenteram
2. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
3. Kebutuhan akan rasa harga diri, dihargai dan dihormati
4. Kebutuhan akan mengaktualisasi diri dan berprestasi
b. Kesejahteraan Materi
1. Peningkatan penghasilan PNS
2. Tabungan dan Asuransi PNS (Taspen)
3. Keoperasi Pegawai Negri
4. Asuransi Kesehatan Pegawai Negri
5. Pemberhentian
Pemberhentian Pegawai Negri Sipil
Pada garis besarnya sebab-sbebab pemberhentian PNS itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. Permohonan pegawai sendiri
2. Pemberhentian oleh Dinas/Pemerintah : dikarenakan PNS tersebut tidak cakap jasmani/rohani, penciutan organisasi, peremajaan atau melakukan kriminal.
3. Pemberhentian karena sebab lain : meninggal dunia, PNS tersebut hilang, cuti di luar tanggungan Negara, telah mencapai batas usia pensiun.
Pensiun
Diantara sebab-sebab pensiun adalah :
1. Telah mencapai batas usia pensiun
2. Meninggal dunia karena dalam menjalankan tugas
3. Kuzuran jasmani/rokhani
Macam-macam pensiun :
1. Pensiun Pegawai Negri ; diberikan dengan ketentuan pensiun
2. Pensiun janda/duda ; diberikan kepada suami/istri dari PNS yang meninggal
3. Pensiun Anak ; diberikan kepada anak dari seorang PNS yang meninggal
4. Pensiun Orang Tua ; diberikan bila tidak ada ahli waris dari PNS yang meninggal selain orang tuanya.
6. Peranan Guru
• Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan
• Memberikan informasi tentang keadaan personil sekolah
• Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personel sekolah.
• Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukan
• Membantu mencapai suatu tujuan, atau proses penyelenggaraan kerja untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
• Mengatur dan mengurus penggunaan tenaga-tenaga kerja yang di perlukan dalam usaha kerjasama
• Mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
1. Pengertian
Kata administrasi berasal dari kata ad yang berarti ke atau kepada, dan ministrare yang berarti melayani,membantu atau mengarahkan.Sedangkan kata personalia berasal dari kata personil atau personnel yang berarti pegawai. Jadi administrasi personalia tidak lain adalah administrasi dalam bidang pegawai atau kepegawaian,yaitu administrasi atau manajemen yang menagani masalah –masalah kepegawaian dalam suatu badan usaha atau lembaga.
Administrasi Personalia pada dasarnya proses ini adalah proses yang paling dasar dalam pengumpulan informasi yang berhubungan dengan sistem kepegawaian. Dimana dalam hal ini dilakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan kelengkapan atau pelengkap dari proses administrasi umum yang berhubungan dengan seorang personel.
Adapun proses yang termasuk didalamnya adalah proses perekaman data umum kepegawaian seperti :
Biodata Pegawai
Sejarah Kepangkatan
Sejarah jabatan
Sejarah Pendidikan Formal
Sejarah Pendidikan Penjenjangan
Sejarah Pendidikan Substantial
Keahlian berbahasa asing
Penggunaan fasilitas perusahaan
Sejarah kunjungan ke luar negeri
Daftar Keluarga
Sejarah hukuman dan penghargaan yang diperoleh
Memo Khusus
Sehubungan dengan itu, pada sistem ini telah dibentuk suatu standarisasi tabel-tabel pendukung, yang mana mengacu pada standar pengkodean yang ditetapkan untuk
Sistem Kepegawaian di Indonesia. Keuntungan dari hal ini adalah :
a. Kemudahan dalam pengelompokan informasi, karena sebagian besar informasi
b. menggunakan kode.
c. Mempercepat pengisian dan akurasi data, sebab operator tidak perlu mengingat
d. daftar kode yang diperlukan untuk pengisian data, semua dapat diperoleh secara
e. cepat oleh sistem.
f. Tampilan grafis dalam pemasukan data, sehingga membantu pemakai dalam
g. pengoperasiannya.
h. Jumlah data yang direkam per transaksi lebih sedikit dengan pengkodean.
i. Setiap histori yang dimiliki oleh personel akan direkam selama atau sebanyak
j. jumlah data yang akan disimpan (ditentukan oleh pihak manajemen
k. kepegawaian).
2. Perencanaan
Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai bertujuan untuk mengetahui secara pasti akan kebutuhan pegawai, baik mengenai jumlahnya maupun mengenai jenis dan tingkatannya.
Untuk mengetahui kebutuhan pegawai ini ada tiga hal yang perlu diketahui lebih dahulu, yaitu :
Jumlah dan jenis pegawai yang telah ada
Beban kerja (load) dari lembaga ataupun unit-unitnya
Kapasitas kerja pegawai
Dalam rangka perencanaan penentuan penambahan atau pengurangan pegawai secara umum dapat dikatakan, bahwa ada dua kebijakan dlaam hal ini, yaitu :
1. Kebijakan kepegawaian didasarkan pada kebutuhan (need oriented) ; berarti apabila suatu unit kerja mengalami perkembangan, berarti beban kerja bertambah. Bila beban kerja bertambah, berarti perlu adanya penambahan pegawai. Sebaliknya, apabila suatu unit kerja (usaha) mengalami kemunduran, berarti beban kerja menyusut. Bila beban kerja menyusut berarti ada pegawai tidak berfungsi. Dalam hal ini diadakan pengurangan pegawai. Penyusutan atau pengurangan pegawai ini dalam istilah kepegawaian biasa disebut “rasionalisasi”.
2. Kebijakan kepegawaian didasarkan pada anggaran biaya (buget oriented) ; berarti penentuan penambahan atau pengurangan pegawai didasarkan pada anggaran biaya yang tersedia. Bila naggaran tersedia, maka boleh mengadakan penambahan pegawai. Tapi, bila anggaran tidak tersedia/menurun, maka tidak diperbolehkan menambah pegawai, bahakan bila perlu mengurangi pegawai.
3. Pengadaan Personil
Pegawai adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat “orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai : yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan lembaga/instansi tempat kerjanya, pegawai bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Pegawai Negri : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah
2. Pegawai Swasta : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga swasta
Pada pokoknya pengadaan pegawai negri sipil diselenggarakan melalui langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut :
1. Pengumuman
2. Pendaftaran
3. Seleksi atau Penyaringan
4. Pemanfaatan Dan Pembinaan
Pemanfaatan personil merupakan upaya perlibatan secara aktif para personil dalam kegiatan penyelenggaraan kerja untuk mencapai tujuan lembaga.
Pembinaan personil adalah kegiatan yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas-tugas lembaga/pemerintah dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Upaya yang dilakukan dalam pendayagunaan personil adalah:
Pengadaan Pegawai Negri Sipil
Pegawai adalah orang yang mengerjakan atau melaksanakan suatu pekerjaan atau disingkat “orang yang bekerja”. Jika bentuknya dibalik (dijadikan bentuk pasif), makaa menjadi orang yang dipekerjakan. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Pokok-Pokok Kepegawaian, bab I pasa I disumuskan pengertian tentang pegawai : yang dimaksud dengan Pegawai (Negri) adalah “mereka yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan (negri) atau diserahi tugas (negara) lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan lembaga/instansi tempat kerjanya, pegawai bisa dibedakan dalam dua macam, yaitu :
1. Pegawai Negri : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah
2. Pegawai Swasta : pegawai yang bekerja pada lembaga-lembaga swasta
Pada pokoknya pengadaan pegawai negri sipil diselenggarakan melalui langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut :
1. Pengumuman
2. Pendaftaran
3. Seleksi atau Penyaringan
Kewajiban dan Hak Pegawai Negri Sipil
Dalam UU No. 8 tahun 1974 disebutkankewajiban PNS sebagai berikut :
1. Setiap PNS wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pncasila, UUD 45 dan Pemerintah
2. Setiap PNS wajib mentaati segala perundang-undangan yang berlaku
3. Setiap PNS wajib melaksanakan segala tugas kedinasan
4. Setiap PNS wajib menyimpan rahasia jabatan
5. Setiap PNS bekerja secara jujur, tertib, cermat dan bersemangat
Adapun hak-hak PNS ialah :
1. Setiap PNS berhak memperoleh gaji yang layak
2. Setiap PNS dan keluarganya yang sakit berhak akan perawatan kesehatan
3. Setiap PNS berhak atas cuti
4. Setiap PNS berhak mendapatkan tunjangan
5. Setiap keluarga PNS berhak mendapatkan uang duka bila meninggal
6. Setiap PNS berhak atas pensiun sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Pemindahan Pegawai Negri Sipil
1. Mutasi ; pemindahan seorang PNS dari suatu jabatan ke jabatan lain yang sama tingkatnya. Pemindahan ini disebut juga “tour of duty”.
2. Demosi ; penurunan pangkat setingkat lebig rendah dari pangkat sebelumnya. Demosi diberikan antara 6 bulan s/d 1 tahun, setelah itu PNS bersangkutan kembali pada jabatannya semula.
Peningkatan Kesejahteraan Pegawai
a. Kesejahteraan Rohani
1. Kebutuhan akan rasa aman dan tenteram
2. Kebutuhan akan rasa kasih sayang
3. Kebutuhan akan rasa harga diri, dihargai dan dihormati
4. Kebutuhan akan mengaktualisasi diri dan berprestasi
b. Kesejahteraan Materi
1. Peningkatan penghasilan PNS
2. Tabungan dan Asuransi PNS (Taspen)
3. Keoperasi Pegawai Negri
4. Asuransi Kesehatan Pegawai Negri
5. Pemberhentian
Pemberhentian Pegawai Negri Sipil
Pada garis besarnya sebab-sbebab pemberhentian PNS itu dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. Permohonan pegawai sendiri
2. Pemberhentian oleh Dinas/Pemerintah : dikarenakan PNS tersebut tidak cakap jasmani/rohani, penciutan organisasi, peremajaan atau melakukan kriminal.
3. Pemberhentian karena sebab lain : meninggal dunia, PNS tersebut hilang, cuti di luar tanggungan Negara, telah mencapai batas usia pensiun.
Pensiun
Diantara sebab-sebab pensiun adalah :
1. Telah mencapai batas usia pensiun
2. Meninggal dunia karena dalam menjalankan tugas
3. Kuzuran jasmani/rokhani
Macam-macam pensiun :
1. Pensiun Pegawai Negri ; diberikan dengan ketentuan pensiun
2. Pensiun janda/duda ; diberikan kepada suami/istri dari PNS yang meninggal
3. Pensiun Anak ; diberikan kepada anak dari seorang PNS yang meninggal
4. Pensiun Orang Tua ; diberikan bila tidak ada ahli waris dari PNS yang meninggal selain orang tuanya.
6. Peranan Guru
• Menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan
• Memberikan informasi tentang keadaan personil sekolah
• Mengkoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personel sekolah.
• Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan yang dilakukan
• Membantu mencapai suatu tujuan, atau proses penyelenggaraan kerja untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
• Mengatur dan mengurus penggunaan tenaga-tenaga kerja yang di perlukan dalam usaha kerjasama
• Mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
Selasa, 15 Desember 2009
administrasi kesiswaan
ADMINISTRASI KESISWAAN
1. Pengertian
Administrasi kesiswaan merupakan usaha dan kegiatan yang meliputipengaturan tentang administrasi yang berkaitan dengan siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa. Administrasi Kesiswaan berhubungan dengan Tata Usaha dalam penyimpanan data-data siswa.
Penyimpanan data tersebut harus ditangan oleh satu orang saja, jika ditangani oleh beberapa orang maka akan mempersulit dalam pencariannya. Administrasi murid dibagi dalam berbagai file, diantaranya :
a. Buku Induk
Buku Induk berisi tentang data pribadi siswa yang meliputi : nama siswa, nama orang tua, tempat tanggal lahir, alamat siswa, alamat orang tua, dll yang meliputi tentang siswa itu sendiri.
b. Presensi Siswa
Berisi tentang kehadiran siswa setiap hari selama 1 bulan dan setelah itu direkap sebagai laporan kepada wali kelas.
c. Jurnal Kelas
Berisi tentang kegiatan proses belajar mengajar dalam kelas perjam pelajaran.
d. Laporan Hasil Nilai Siswa
Berisi tentang hasil nilai yang telah dilaksanakan dalam 1 semester oleh siswa.
2. Tujuan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler, sehingga memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara keseluruhan.
3. Perencanaan dan Penerimaan Siswa Baru
Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi:
Perencanaan
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan perkataan lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada maka aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil. Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.
Penerimaan Siswa Baru (PSB)
Penerimaan siswa baru meliputi kegiatan: Penetuan kebijakan PSB, sistem PSB, kriteria PSB, Prosedur PSB, dan pemecahan problemproblem PSB. Sebagai dasar pembuatan kebijakan mengenai proses penerimaan peserta didik atau penerimaan siswa baru, Permendikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menggariskan ketentuan yang berkenaan dengan criteria calon peserta didik dan norma-norma pelaksanaan penerimaan peserta didik.
Kriteria calon peserta didik :
1) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian terhadap usia peserta didik yang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti koselor sekolah/madrasah maupun psikolog.
2) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
3) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan bentuk lainnya yang sederajat.
4) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.
Penerimaan Peserta didik sekolah/madrasah dilakukan :
1) Secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah/madrasah,
2) Tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/Mts penerima subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
3) Berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK
4) Sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
4. Pembinaan Kesiswaan
A. Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstra-kurikuler, melalui berbagai program kegiatan yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta didik (siswa) diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal.
Di samping itu, peningkatan mutu diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga kependidikan yang berperan sentral dan strategis dalam memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik di sekolah. Peningkatan mutu guru merupakan upaya mediasi dalam rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan pembelajaran, pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan secara terintegrasi dan bermutu.
Dengan demikian, dalam pembinaan kesiswaan terlingkup program kegiatan yang langsung melibatkan peserta didik (siswa) sebagai sasaran; ada pula program yang melibatkan guru sebagai mediasi atau sasaran antara (tidak langsung). Namun, sasaran akhir dari kinerja pembinaan kesiswaan adalah perkembangan siswa yang optimal; sesuai dengan karakteristik pribadi, tugas perkembangan, kebutuhan, bakat, minat, dan kreativitasnya.
B. Kompetensi Pembina Kesiswaan
Walaupun di sekolah-sekolah telah ada wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, akan tetapi sifatnya koordinatif dan administratif. Ia bertugas mewakili kepala sekolah dalam hal memadukan rencana serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pembinaan kesiswaan sebagai bagian yang terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Pada dasarnya, pembinaan kesiswaan di sekolah merupakan tanggung jawab semua tenaga kependidikan. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang kerap kali berhadapan dengan peserta didik dalam proses pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggungjawab atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Seluruh tanggung jawab itu dijalankan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan seluruh aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila guru hanya menjalankan salah satu bagian dari tanggung jawabnya, maka perkembangan peserta didik tidak mungkin optimal. Dengan kata lain, pencapaian hasil pada diri peserta didik yang optimal, mempersyaratkan pelayanan dari guru yang optimal pula.
Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian, setiap guru sebagai pendidik seyogianya memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan kesiswaan.
Dalam kerangka berpikir dan bertindak seperti itulah dikembangkan standar kompetensi guru bidang pembinaan kesiswaan; yang selanjutnya dirinci ke dalam sub-sub kompetensi dan indikator-indikator sebagai rujukan penyelenggaraan pembinaan kesiswaan. Keseluruhan indikator yang diturunkan dari enam kompetensi dasar yang dimaksud dapat dijadikan acuan, baik bagi penyelenggaraan pembinaan kesiswaan secara umum dalam program pendidikan di sekolah; maupun secara khusus terpadu dalam program pembelajaran dan bimbingan yang menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran dan guru pembimbing.
C. Fungsi dan Tujuan
Fungsi dan tujuan akhir pembinaan kesiswaan secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
D. Kaitan Kompetensi Dengan Materi
Materi program pembinaan kesiswaan dikembangkan dari enam kompetensi standar yang harus dikuasai oleh guru pembina kesiswaan. Dalam penerapannya, para guru diharapkan berangkat dari pengkajian secara seksama terhadap setiap kompetensi, sub kompetensi, dan indikator-indikator tersebut. Selanjutnya dipertimbangkan kesesuaiannya dengan bidang masing-masing dan atau bidang kegiatan bakat, minat, dan kreativitas siswa. Pada giliran berikutnya, para guru dapat menuangkan hasil pengkajian itu ke dalam rancangan program pembinaan kesiswaan yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Matrik berikut menunjukkan keterkaitan antara kompetensi dengan materi bidang pembinaan kesiswaan. Dengan mencermati matrik yang dimaksud, para guru diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kompetensi dan materi bidang pembinaan kesiswaan. Dari gambaran yang jelas, selanjutnya para guru dapat merancang, melaksanakan, dan menilai program pembinaan kesiswaan secara komprehensif.
E. Materi Program
Dalam keseluruhan program Direktorat PSMP, program-program pembinaan kesiswaan termasuk kelompok bidang peningkatan mutu. Di dalam kelompok program peningkatan mutu terdapat bagian-bagian atau sub kelompok program yang memayungi program-program pembinaan kesiswaan. Berdasarkan sub kelompok program peningkatan mutu, program-program pembinaan kesiswaan ada yang langsung melibatkan siswa sebagai sasaran kegiatan; ada pula yang melibatkan guru sebagai sasaran tidak langsung (mediasi/sasaran antara). Adapun sub kelompok program pembinaan kesiswaan meliputi sebagai berikut.
1. Lokakarya Kegiatan Kesiswaan , terdiri dari: (a) Kegiatan yang bersifat akademik; dan (b) Kegiatan non-akademik.
2. Pengembangan Program Kesiswaan , meliputi pengembangan: (a) klub olah raga siswa; (b) klub bakat, minat, dan kreativitas siswa; (c) etika, tata tertib, dan tata kehidupan sosial di sekolah; dan (d) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
3. Program Pra-vokasional untuk siswa SMP dinamakan Program Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Pra-vokasional.
4. Program Lomba Kesiswaan , meliputi: (a) International Junior Science Olympiad/IJSO; (b) Olimpiade Sains Nasional untuk Siswa SMP; (c) Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar (LPIP); (d) Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Siswa SMP; (e) Lomba Mengarang Dalam Bahasa Indonesia; (f) Lomba Pidato Dalam Bahasa Inggris; dan (g) Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk Siswa SMP Terbuka.
5. Pembinaan Lingkungan Sekolah , terdiri dari: (a) Asistensi Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba; (b) Program Pembinaan Sekolah Sehat (Lomba Sekolah Sehat/LSS); dan (c) Program Pendidikan Budi Pekerti.
F. Strategi Pelaksanaan
Sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi program pembinaan kesiswaan tersebut di atas, maka strategi yang digunakan meliputi pelatihan (terintegrasi dan distrik), lokakarya, kunjungan sekolah (school visit), dan perlombaan/pertandingan (bersifat kompetisi). Penggunaan jenis strategi bersifat fleksibel, dalam arti dapat digunakan satu strategi untuk program tertentu; dan atau beberapa strategi dikombinasikan dalam pelaksanaan satu atau beberapa program, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pelaksanaan.
Di samping itu, dasar pertimbangan penggunaan suatu strategi mencakup aspek-aspek sebagai berikut: (1) keluasan materi dan sasaran program; (2) waktu dan tempat penyelenggaraan; (3) tenaga pelaksana; dan (4) dana yang tersedia.
Strategi pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi digunakan dalam program pembinaan kesiswaan yang melibatkan sasaran guru atau tenaga pendidikan; dan pelaksanaan pelatihan itu merupakan bagian dari program pelatihan lainnya (program induk) yang serumpun. Dalam hal ini, baik biaya, tenaga pelatih, maupun bahan atau materi pelatihan program pembinaan kesiswaan merupakan bagian dari program induk.
Strategi pelatihan distrik (district training) merupakan bentuk pengembangan kapasitas aparat pendidikan tingkat provinsi, kabupaten-kota, dan atau sekolah yang diselenggarakan di tingkat provinsi tentang program pembinaan kesiswaan tertentu atau program yang serumpun. Tentu saja, biaya, tenaga pelatih, dan bahan atau materi pelatihan berasal dari pusat; sedangkan tempat/lokasi pelatihan dikoordinasikan dengan pihak provinsi.
Strategi lokakarya (workshop) digunakan dalam rangka menghasilkan sesuatu, baik berupa rumusan acuan, rencana kegiatan, pengembangan teknik atau instrumen, maupun kesamaan persepsi, wawasan, dan komitmen untuk kepentingan pelaksanaan program yang terlingkup dalam bidang pembinaan kesiswaan. Lokakarya dapat diselenggarakan secara nasional atau di tingkat pusat; dan dapat pula dibagi menjadi beberapa region penyelenggaraan.
Kunjungan sekolah (school visit) merupakan strategi yang digunakan dalam bentuk kegiatan pemantauan (monitoring), penilaian (evaluasi), pengamatan (observasi), studi kasus, dan atau konsultasi klinis-pengembangan, baik tentang persiapan, pelaksanaan, maupun hasil suatu program pembinaan kesiswaan. Strategi kunjungan sekolah dilaksanakan terutama untuk mempersempit kesenjangan antara kebijakan yang dihasilkan di tingkat pusat dengan pelaksanaan suatu program pembinaan kesiswaan di tingkat sekolah sasaran.
Perlombaan merupakan strategi pelaksanaan program pembinaan kesiswaan yang bersifat kompetitif, melibatkan siswa atau sekolah peserta secara langsung dalam suatu event atau kegiatan, baik yang bertaraf internasional maupun nasional. Strategi perlombaan dapat dilaksanakan sebagai kegiatan tunggal (bukan kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap dari tingkat bawah); dapat pula (lazimnya) dilakukan secara bertahap dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat nasional ataupun internasional.
G. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kadar efektivitas dan efisiensi setiap program pembinaan kesiswaan. Pada gilirannya, hasil evaluasi dapat dijadikan dasar pertimbangan lahirnya kebijakan tentang tindak lanjut program. Prinsip evaluasi tersebut mengindikasikan bahwa evaluasi seyogianya dilakukan terhadap setiap program pembinaan kesiswaan, baik berkenaan dengan aspek persiapan, pelaksanaan, maupun hasil. Setiap aspek program perlu dievaluasi dengan mempergunakan instrumen yang terandalkan dan petugas evaluasi yang kompeten; sehingga hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan dan berguna untuk pengambilan keputusan.
H. Pelaporan
Pelaporan setiap program pembinaan kesiswaan didasarkan atas data dan atau informasi yang dihasilkan dari kegiatan evaluasi. Agar keotentikan laporan diperoleh, maka laporan disusun secara komprehensif setelah selesai pelaksanaan suatu program. Pelaporan untuk setiap program pembinaan kesiswaan merupakan bagian dari tugas penanggung-jawab program yang bersangkutan. Format laporan disesuaikan dengan kebutuhan atau panduan masing-masing satuan program. Dengan demikian, pelaporan dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan suatu program. (ditulis oleh : Mamat Supriatna).
5. Instrumen Pengelolaan Siswa
Menurut Arikunto (1988), catatan tentang data siswa di sekolah dibedakan atas dua jenis yaitu :
Catatan data siswa untuk sekolah, yang meliputi : buku induk, buku kleper, catatan tata tertib sekolah, yaitu kumpulan semua peraturan (bersifat umum dan khusus, ada yang dari pemerintah dan ada dari produk sekolah itu sendiri).
Catatan siswa untuk masing-masing kelas yaitu : buku kelas yang merupakan cuplikan dari buku induk, buku presensi kelas, buku catatan Bimbingan dan konseling, buku catatan prestasi murid, yang meliputi buku daftar nilai dan buku lagger, buku rapar dan buku mutasi.
6. Peranan Guru dalam Administrasi Kesiswaan
Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan itu di antaranya adalah:
a. Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Di antara mereka dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan tugas.
b. Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini sangat penting, karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
c. Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru diharapkan mampu mencatat/ merekam kehadiran ini meskipun dengan sederhana akan tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan untuk bahan
pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan dalam menetapkan kenaikan kelas.
d. Dalam memotivasi siswa untuk senantiasi berprestasi tinggi, guru juga harus mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut. Hal ini dapat mereka lakukan misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-siswanya.
1. Pengertian
Administrasi kesiswaan merupakan usaha dan kegiatan yang meliputipengaturan tentang administrasi yang berkaitan dengan siswa dalam upaya mengembangkan potensi siswa. Administrasi Kesiswaan berhubungan dengan Tata Usaha dalam penyimpanan data-data siswa.
Penyimpanan data tersebut harus ditangan oleh satu orang saja, jika ditangani oleh beberapa orang maka akan mempersulit dalam pencariannya. Administrasi murid dibagi dalam berbagai file, diantaranya :
a. Buku Induk
Buku Induk berisi tentang data pribadi siswa yang meliputi : nama siswa, nama orang tua, tempat tanggal lahir, alamat siswa, alamat orang tua, dll yang meliputi tentang siswa itu sendiri.
b. Presensi Siswa
Berisi tentang kehadiran siswa setiap hari selama 1 bulan dan setelah itu direkap sebagai laporan kepada wali kelas.
c. Jurnal Kelas
Berisi tentang kegiatan proses belajar mengajar dalam kelas perjam pelajaran.
d. Laporan Hasil Nilai Siswa
Berisi tentang hasil nilai yang telah dilaksanakan dalam 1 semester oleh siswa.
2. Tujuan
Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler, sehingga memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan secara keseluruhan.
3. Perencanaan dan Penerimaan Siswa Baru
Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi:
Perencanaan
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus dilakukan. Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan kurun waktu dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya, sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan tertulis. Dengan perkataan lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut belum ada maka aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil. Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah, baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan dengan penerimaan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.
Penerimaan Siswa Baru (PSB)
Penerimaan siswa baru meliputi kegiatan: Penetuan kebijakan PSB, sistem PSB, kriteria PSB, Prosedur PSB, dan pemecahan problemproblem PSB. Sebagai dasar pembuatan kebijakan mengenai proses penerimaan peserta didik atau penerimaan siswa baru, Permendikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menggariskan ketentuan yang berkenaan dengan criteria calon peserta didik dan norma-norma pelaksanaan penerimaan peserta didik.
Kriteria calon peserta didik :
1) SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun, pengecualian terhadap usia peserta didik yang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas dasar rekomendasi tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti koselor sekolah/madrasah maupun psikolog.
2) SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
3) SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan bentuk lainnya yang sederajat.
4) SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.
Penerimaan Peserta didik sekolah/madrasah dilakukan :
1) Secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah/madrasah,
2) Tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/Mts penerima subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
3) Berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK
4) Sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
4. Pembinaan Kesiswaan
A. Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstra-kurikuler, melalui berbagai program kegiatan yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta didik (siswa) diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal.
Di samping itu, peningkatan mutu diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga kependidikan yang berperan sentral dan strategis dalam memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik di sekolah. Peningkatan mutu guru merupakan upaya mediasi dalam rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan pembelajaran, pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan secara terintegrasi dan bermutu.
Dengan demikian, dalam pembinaan kesiswaan terlingkup program kegiatan yang langsung melibatkan peserta didik (siswa) sebagai sasaran; ada pula program yang melibatkan guru sebagai mediasi atau sasaran antara (tidak langsung). Namun, sasaran akhir dari kinerja pembinaan kesiswaan adalah perkembangan siswa yang optimal; sesuai dengan karakteristik pribadi, tugas perkembangan, kebutuhan, bakat, minat, dan kreativitasnya.
B. Kompetensi Pembina Kesiswaan
Walaupun di sekolah-sekolah telah ada wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, akan tetapi sifatnya koordinatif dan administratif. Ia bertugas mewakili kepala sekolah dalam hal memadukan rencana serta mengkoordinasikan penyelenggaraan pembinaan kesiswaan sebagai bagian yang terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Pada dasarnya, pembinaan kesiswaan di sekolah merupakan tanggung jawab semua tenaga kependidikan. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang kerap kali berhadapan dengan peserta didik dalam proses pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggungjawab atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Seluruh tanggung jawab itu dijalankan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan seluruh aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila guru hanya menjalankan salah satu bagian dari tanggung jawabnya, maka perkembangan peserta didik tidak mungkin optimal. Dengan kata lain, pencapaian hasil pada diri peserta didik yang optimal, mempersyaratkan pelayanan dari guru yang optimal pula.
Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian, setiap guru sebagai pendidik seyogianya memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan kesiswaan.
Dalam kerangka berpikir dan bertindak seperti itulah dikembangkan standar kompetensi guru bidang pembinaan kesiswaan; yang selanjutnya dirinci ke dalam sub-sub kompetensi dan indikator-indikator sebagai rujukan penyelenggaraan pembinaan kesiswaan. Keseluruhan indikator yang diturunkan dari enam kompetensi dasar yang dimaksud dapat dijadikan acuan, baik bagi penyelenggaraan pembinaan kesiswaan secara umum dalam program pendidikan di sekolah; maupun secara khusus terpadu dalam program pembelajaran dan bimbingan yang menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran dan guru pembimbing.
C. Fungsi dan Tujuan
Fungsi dan tujuan akhir pembinaan kesiswaan secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; sebagaimana tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
D. Kaitan Kompetensi Dengan Materi
Materi program pembinaan kesiswaan dikembangkan dari enam kompetensi standar yang harus dikuasai oleh guru pembina kesiswaan. Dalam penerapannya, para guru diharapkan berangkat dari pengkajian secara seksama terhadap setiap kompetensi, sub kompetensi, dan indikator-indikator tersebut. Selanjutnya dipertimbangkan kesesuaiannya dengan bidang masing-masing dan atau bidang kegiatan bakat, minat, dan kreativitas siswa. Pada giliran berikutnya, para guru dapat menuangkan hasil pengkajian itu ke dalam rancangan program pembinaan kesiswaan yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Matrik berikut menunjukkan keterkaitan antara kompetensi dengan materi bidang pembinaan kesiswaan. Dengan mencermati matrik yang dimaksud, para guru diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kompetensi dan materi bidang pembinaan kesiswaan. Dari gambaran yang jelas, selanjutnya para guru dapat merancang, melaksanakan, dan menilai program pembinaan kesiswaan secara komprehensif.
E. Materi Program
Dalam keseluruhan program Direktorat PSMP, program-program pembinaan kesiswaan termasuk kelompok bidang peningkatan mutu. Di dalam kelompok program peningkatan mutu terdapat bagian-bagian atau sub kelompok program yang memayungi program-program pembinaan kesiswaan. Berdasarkan sub kelompok program peningkatan mutu, program-program pembinaan kesiswaan ada yang langsung melibatkan siswa sebagai sasaran kegiatan; ada pula yang melibatkan guru sebagai sasaran tidak langsung (mediasi/sasaran antara). Adapun sub kelompok program pembinaan kesiswaan meliputi sebagai berikut.
1. Lokakarya Kegiatan Kesiswaan , terdiri dari: (a) Kegiatan yang bersifat akademik; dan (b) Kegiatan non-akademik.
2. Pengembangan Program Kesiswaan , meliputi pengembangan: (a) klub olah raga siswa; (b) klub bakat, minat, dan kreativitas siswa; (c) etika, tata tertib, dan tata kehidupan sosial di sekolah; dan (d) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
3. Program Pra-vokasional untuk siswa SMP dinamakan Program Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup Melalui Pendidikan Pra-vokasional.
4. Program Lomba Kesiswaan , meliputi: (a) International Junior Science Olympiad/IJSO; (b) Olimpiade Sains Nasional untuk Siswa SMP; (c) Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar (LPIP); (d) Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Siswa SMP; (e) Lomba Mengarang Dalam Bahasa Indonesia; (f) Lomba Pidato Dalam Bahasa Inggris; dan (g) Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) untuk Siswa SMP Terbuka.
5. Pembinaan Lingkungan Sekolah , terdiri dari: (a) Asistensi Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba; (b) Program Pembinaan Sekolah Sehat (Lomba Sekolah Sehat/LSS); dan (c) Program Pendidikan Budi Pekerti.
F. Strategi Pelaksanaan
Sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi program pembinaan kesiswaan tersebut di atas, maka strategi yang digunakan meliputi pelatihan (terintegrasi dan distrik), lokakarya, kunjungan sekolah (school visit), dan perlombaan/pertandingan (bersifat kompetisi). Penggunaan jenis strategi bersifat fleksibel, dalam arti dapat digunakan satu strategi untuk program tertentu; dan atau beberapa strategi dikombinasikan dalam pelaksanaan satu atau beberapa program, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pelaksanaan.
Di samping itu, dasar pertimbangan penggunaan suatu strategi mencakup aspek-aspek sebagai berikut: (1) keluasan materi dan sasaran program; (2) waktu dan tempat penyelenggaraan; (3) tenaga pelaksana; dan (4) dana yang tersedia.
Strategi pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi digunakan dalam program pembinaan kesiswaan yang melibatkan sasaran guru atau tenaga pendidikan; dan pelaksanaan pelatihan itu merupakan bagian dari program pelatihan lainnya (program induk) yang serumpun. Dalam hal ini, baik biaya, tenaga pelatih, maupun bahan atau materi pelatihan program pembinaan kesiswaan merupakan bagian dari program induk.
Strategi pelatihan distrik (district training) merupakan bentuk pengembangan kapasitas aparat pendidikan tingkat provinsi, kabupaten-kota, dan atau sekolah yang diselenggarakan di tingkat provinsi tentang program pembinaan kesiswaan tertentu atau program yang serumpun. Tentu saja, biaya, tenaga pelatih, dan bahan atau materi pelatihan berasal dari pusat; sedangkan tempat/lokasi pelatihan dikoordinasikan dengan pihak provinsi.
Strategi lokakarya (workshop) digunakan dalam rangka menghasilkan sesuatu, baik berupa rumusan acuan, rencana kegiatan, pengembangan teknik atau instrumen, maupun kesamaan persepsi, wawasan, dan komitmen untuk kepentingan pelaksanaan program yang terlingkup dalam bidang pembinaan kesiswaan. Lokakarya dapat diselenggarakan secara nasional atau di tingkat pusat; dan dapat pula dibagi menjadi beberapa region penyelenggaraan.
Kunjungan sekolah (school visit) merupakan strategi yang digunakan dalam bentuk kegiatan pemantauan (monitoring), penilaian (evaluasi), pengamatan (observasi), studi kasus, dan atau konsultasi klinis-pengembangan, baik tentang persiapan, pelaksanaan, maupun hasil suatu program pembinaan kesiswaan. Strategi kunjungan sekolah dilaksanakan terutama untuk mempersempit kesenjangan antara kebijakan yang dihasilkan di tingkat pusat dengan pelaksanaan suatu program pembinaan kesiswaan di tingkat sekolah sasaran.
Perlombaan merupakan strategi pelaksanaan program pembinaan kesiswaan yang bersifat kompetitif, melibatkan siswa atau sekolah peserta secara langsung dalam suatu event atau kegiatan, baik yang bertaraf internasional maupun nasional. Strategi perlombaan dapat dilaksanakan sebagai kegiatan tunggal (bukan kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap dari tingkat bawah); dapat pula (lazimnya) dilakukan secara bertahap dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat nasional ataupun internasional.
G. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur kadar efektivitas dan efisiensi setiap program pembinaan kesiswaan. Pada gilirannya, hasil evaluasi dapat dijadikan dasar pertimbangan lahirnya kebijakan tentang tindak lanjut program. Prinsip evaluasi tersebut mengindikasikan bahwa evaluasi seyogianya dilakukan terhadap setiap program pembinaan kesiswaan, baik berkenaan dengan aspek persiapan, pelaksanaan, maupun hasil. Setiap aspek program perlu dievaluasi dengan mempergunakan instrumen yang terandalkan dan petugas evaluasi yang kompeten; sehingga hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan dan berguna untuk pengambilan keputusan.
H. Pelaporan
Pelaporan setiap program pembinaan kesiswaan didasarkan atas data dan atau informasi yang dihasilkan dari kegiatan evaluasi. Agar keotentikan laporan diperoleh, maka laporan disusun secara komprehensif setelah selesai pelaksanaan suatu program. Pelaporan untuk setiap program pembinaan kesiswaan merupakan bagian dari tugas penanggung-jawab program yang bersangkutan. Format laporan disesuaikan dengan kebutuhan atau panduan masing-masing satuan program. Dengan demikian, pelaporan dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan suatu program. (ditulis oleh : Mamat Supriatna).
5. Instrumen Pengelolaan Siswa
Menurut Arikunto (1988), catatan tentang data siswa di sekolah dibedakan atas dua jenis yaitu :
Catatan data siswa untuk sekolah, yang meliputi : buku induk, buku kleper, catatan tata tertib sekolah, yaitu kumpulan semua peraturan (bersifat umum dan khusus, ada yang dari pemerintah dan ada dari produk sekolah itu sendiri).
Catatan siswa untuk masing-masing kelas yaitu : buku kelas yang merupakan cuplikan dari buku induk, buku presensi kelas, buku catatan Bimbingan dan konseling, buku catatan prestasi murid, yang meliputi buku daftar nilai dan buku lagger, buku rapar dan buku mutasi.
6. Peranan Guru dalam Administrasi Kesiswaan
Beberapa peranan guru dalam administrasi kesiswaan itu di antaranya adalah:
a. Dalam penerimaan siswa, para guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Di antara mereka dapat ditunjuk menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas teknis mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan tugas.
b. Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini sangat penting, karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama, dapat berakibat kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu-waktu selanjutnya.
c. Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar juga. Guru diharapkan mampu mencatat/ merekam kehadiran ini meskipun dengan sederhana akan tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan untuk bahan
pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai pertimbangan dalam menetapkan kenaikan kelas.
d. Dalam memotivasi siswa untuk senantiasi berprestasi tinggi, guru juga harus mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut. Hal ini dapat mereka lakukan misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-siswanya.
Langganan:
Postingan (Atom)